kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Properti bangkit


Rabu, 05 Desember 2018 / 12:50 WIB
Properti bangkit


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Tri Adi

Sektor properti akan bullish pada tahun depan. Harapan ini rasanya tidak ketinggian. Sebab, tanda-tanda kebangkitan bisnis properti mulai terasa di pengujung tahun ini.

Sebuah kelompok usaha properti nasional melaporkan, permintaan proyek residensial mereka di pinggiran ibukota membeludak. Bahkan, saking kencangnya permintaan, perusahaan ini harus meluncurkan satu klaster lagi menjadi dua klaster proyek hunian. Secara total, target penjualannya di atas Rp 200 miliar.

Ada sederet alasan mengapa sektor properti pada tahun depan akan unjuk gigi. Pertama, pengusaha properti sudah lama berpuasa. Dalam lima tahun terakhir, bisnis properti lesu darah. Alhasil, kemungkinan bullish sektor properti pada tahun depan cukup wajar.

Apalagi, para investor pasar saham juga sudah lama menantikan kebangkitan sektor properti. Kapitalisasi pasar saham emiten properti besar memang masih menyusut. Salah satu indikasinya, sejak awal tahun hingga kemarin atau year-to-date (ytd), indeks saham properti masih menurun 9,42%. Pelemahan ini lebih buruk dibandingkan koreksi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sebesar 3,19% (ytd).

Alasan kedua, sejumlah kebijakan otoritas di negeri ini cukup mendukung sektor properti. Guyuran insentif terus mengalir, mulai dari pelonggaran aturan loan to value (LTV) kredit properti oleh Bank Indonesia (BI) hingga aneka insentif pajak. Misalnya penghapusan Pajak Penghasilan (PPh) 22 serta Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM). Kini, pemerintah berencana menyederhanakan administrasi terkait penelitian bukti pemenuhan kewajiban penyetoran PPh.

Namun bisnis properti bukan tanpa tantangan. Hambatan paling klasik adalah bunga kredit properti, baik kredit kepemilikan rumah (KPR) maupun kredit kepemilikan apartemen (KPA). Kita tahu, ketika bunga acuan BI naik, kalangan perbankan tentu latah mengerek bunga kredit, termasuk kredit properti.

Kendala lain adalah makro ekonomi Indonesia. Tahun ini, laju ekonomi melambat dan bertengger di level 5%. Tahun depan, kita semua berharap ekonomi tumbuh lebih cepat, sehingga merembet ke daya beli dan mendongkrak bisnis properti.

Kebangkitan sektor properti sangat penting bagi Indonesia. Sebab, bobot sektor ini cukup besar dan memunculkan trickle down effect. Ketika properti bangkit, sektor pendukungnya pun akan terkerek, seperti industri keramik, kaca, cat dan banyak lagi.•

Sandy Baskoro

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×