kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek baru


Senin, 17 Desember 2018 / 09:25 WIB
Prospek baru


Reporter: Thomas Hadiwinata | Editor: Tri Adi

Buat mereka yang ingin membiakkan kekayaannya di negeri ini, saham patut dipertimbangkan sebagai pilihan. Rekomendasi yang mungkin terdengar janggal dalam beberapa bulan lalu, kini makin sering terdengar.

Sekitar dua tahun terakhir, kita lebih terbiasa mendengarkan view yang suram, jika membicarakan instrumen investasi di negeri-negeri emerging market.

Ketidakpastian global paling sering dikutip sebagai pemicu kejatuhan harga berbagai aset keuangan di negeri-negeri berkembang. Dulu, yang kerap menjadi pemicu ketidakpastian adalah pergerakan bunga acuan di Amerika Serikat, alias Fed Fund Rate.

Dengan mengubah haluan kebijakan moneternya, AS pun kembali menjadi magnet bagi dana sedunia. Uang yang tadinya berputar di berbagai negara tersedot balik. Serial penguatan dollar pun kerap terdengar dua-tiga tahun terakhir.

Belakangan, perseteruan antara Amerika Serikat (AS) di bawah Donald Trump dengan berbagai negara mitra perdagangannya, seperti Meksiko, Kanada, dan tentunya China yang kerap dikutip sebagai muara ketidakpastian ekonomi di dunia.

Perselisihan dagang di antara Negeri Paman Sam dengan berbagai mitranya itu pada akhirnya membuat roda ekonomi dunia bergerak amat pelan. Pada akhirnya, pasar global yang lesu bakal menyulitkan negera-negara Asia untuk mengembangkan usahanya.

Namun setelah ekonomi dunia bergerak ke arah deflasi, para pemain di market pun melakukan penyesuaian ekspektasi. Hasilnya? Pasar keuangan di Indonesia, Filipina juga India kini menggoda lagi. Sedang China masih dianggap sebagai tempat yang tak menguntungkan.

Alasannya sederhana saja, perputaran roda ekonomi di ketiga negara tersebut lebih banyak berada di pasar lokal. Berbeda dengan China, yang dianggap memiliki struktur lebih mirip seperti Korea Selatan, yaitu mengandalkan ekonominya pada pertumbuhan pasar global.

Seperti istilah emerging yang disandangnya, pasar keuangan di Filipina maupun Indonesia tentu bisa tiba-tiba berubah arah. Di Filipina, laju inflasi yang disebut sebagai faktor yang patut diwaspadai.

Di Indonesia, yang patut dicermati ternyata bukan soal suhu politik yang bisa memanas karena pemilu, tetapi ketergantungan negeri ini terhadap dana uang asing. Dalam bahasa yang lebih lugas, daya tarik Indonesia bakal luntur kalau selisih antara yield rupiah dengan dollar AS tergerus.•

Thomas Hadiwinata

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×