kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Prospek ekspor otomotif Indonesia


Senin, 18 Februari 2019 / 16:31 WIB
Prospek ekspor otomotif Indonesia


Reporter: Harian Kontan | Editor: Tri Adi

Dalam 10 tahun terakhir terjadi pergeseran pola perdagangan Indonesia. Perdagangan kita kini dipengaruhi perdagangan internasional yang bertransformasi menjadi perdagangan global.

Tak hanya sumber daya alam, komoditas ekspor hasil manufaktur adalah sumber penting bagi ekspor Indonesia karena tingginya permintaan global dan harga komoditas yang naik. Di dalam 100 barang ekspor dengan nilai terbesar, pangsa ekspor barang industri naik dari 38,1% menjadi 40,4% pada September 2018.

Menurut Kementerian Perindustrian, sektor otomotif adalah industri prioritas yang berperan besar sebagai penggerak utama (prime mover) perekonomian. Selain keunggulan komparatif, industri otomotif memiliki keunggulan kompetitif yang mengandalkan SDM serta ilmu pengetahuan tinggi.

Berdasarkan data BPS, industri otomotif 2018 naik 4%, lebih rendah dibanding pertumbuhan industri dan pertumbuhan ekonomi masing-masing 4,26% dan 5,2%. Hal ini mendongkrak kesadaran para pengambil kebijakan untuk kembali menghidupkan sektor industri manufaktur, seperti industri otomotif.

Meski pertumbuhan industri otomotif lebih rendah dari pertumbuhan industri manufaktur, kinerja ekspor industri otomotif Indonesia selalu positif. Di 2018, ekspor kendaraan US$ 6,84 miliar, naik 1,5 kali lipat sejak 2013. Importir terbesar otomotif Indonesia adalah Filipina yaitu 26%, Thailand 14% dan Jepang 8%. Top 10 importir kendaraan Indonesia setelah Filipina, Thailand, Jepang adalah Arab Saudi, Vietnam, Malaysia, Meksiko, Singapura, Pakistan dan AS.

Filipina mengimpor kendaraan dari Indonesia lebih dari US$ 1,7 miliar. Indonesia adalah negara kedua pengimpor kendaraan terbesar ke Filipina setelah Thailand. Selain ke Filipina, Thailand mengekspor ke Australia, Jepang, Vietnam, Malaysia dan AS. Pada 2018, Thailand menguasai 50% produksi mobil di ASEAN, posisi kedua Indonesia sebesar 34%. Indonesia kini memproduksi 1.242.563 unit mobil, tumbuh 9,9% dibandingkan 2017. Sementara Thailand memproduksi 1.998.339 unit mobil di 2018, naik 9,1% dibandingkan tahun sebelumnya.

Peningkatan kapasitas produksi mobil di Indonesia tak jauh berbeda dengan Thailand. Jadi, Indonesia dan Thailand bersaing di pasar industri otomotif global. Export Similarities Index menunjukkan, di sektor industri otomotif Indonesia dan Thailand naik berturut-turut sejak 2014 hingga 2017 sebesar 25,9%, 28,6%, 31,9% dan 33,5%. Ekspor kendaraan Indonesia yang terus naik dapat mengancam dominasi Thailand sebagai produsen mobil terbesar di ASEAN.

Industri otomotif Indonesia memiliki ruang untuk tumbuh. Kepemilikan kendaraan, terutama mobil, per kapita masih rendah, yakni kurang 4% dari penduduk. Penjualan mobil Indonesia diharapkan naik, mengingat populasi besar Indonesia serta pertumbuhan kelas menengah yang pesat, sehingga menciptakan kekuatan konsumen yang kuat.

Penjualan mobil di Indonesia hingga 2018 mencapai 1,15 juta unit, naik 6,9% dari pertumbuhan 2017 sebesar 1,4%. Jumlah itu setara 105% dari target penjualan 2018 sebanyak 1,1 juta unit. Gaikindo menargetkan penjualan tahun ini 1,15 juta, setara realisasi 2018.

Setelah menjadi pengekspor mobil terbesar kedua di ASEAN, potensi pasar ekspor mobil Indonesia saat ini ke Timur Tengah. Jika dilihat dari data ekspor, Toyota Indonesia mengekspor mobil jenis completely built up (CBU) sebesar 89.627 unit ke seluruh dunia, dan 51,45%-nya ke Timur Tengah dengan mobil terlaris Toyota Fortuner. Meski Indonesia dan Arab Saudi telah memiliki kerjasama yang terjalin lama, kedua negara juga sepakat membuat joint study sebagai tahap awal Preferential/Free Trade Agreement (PTA/FTA). Industri otomotif merupakan komoditas utama karena memiliki nilai tambah.

Selain Timur Tengah, Indonesia bisa mengambil alih posisi Thailand sebagai importir mobil yang menguasai pasar Australia. Potensi ini terlihat dengan perjanjian Indonesia Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IACEPA) yang telah diselesaikan pada 2018 dimana fasilitas 0% bea masuk komoditi industri otomotif akan diterapkan. Menurut Kementerian Perdagangan, target ekspor mobil ke Australia adalah mobil listrik dan mobil hibrida yang diprediksi menjadi tren dalam jangka panjang.

Dengan semakin besarnya potensi pasar ekspor, industri otomotif Indonesia diharapkan tumbuh menjadi industri hilir berteknologi tinggi yang berdaya saing dan siap mendukung Making Indonesia 4.0.•

Astari Adityawati
Analis Industri Bank Mandiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×