kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Restrukturisasi korporasi menuju jalan sehat


Senin, 01 Oktober 2018 / 14:29 WIB
Restrukturisasi korporasi menuju jalan sehat


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Masih lekat di ingatan kita, saat rupiah mencapai level Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat belum lama berlalu. Tekanan ekonomi dan gejolak rupiah yang tak kunjung padam menyebabkan banyak pengusaha baik kelas kakap maupun kecil dan menengah gusar. Hal ini dikarenakan tekanan ekonomi tersebut menggerus daya beli dan konsumsi masyarakat yang pada akhirnya juga akan menggerus profit bagi perusahaan. Di saat seperti ini, seorang chief executive officer (CEO) menghadapi berbagai dilema agar dapat mempertahankan perusahan mereka.

Ada berbagai cara dan upaya yang bisa dilakukan pemimpin perusahaan demi menyelamatkan perusahaan. Salah satu jalan yang cukup sering diambil adalah restrukturisasi. Umum sekali restrukturisasi keuangan dilakukan, namun ada lagi jenis restrukturisasi yang dapat menjawab kebutuhan perusahaan dalam meningkatkan efisiensi di tengah gejolak ekonomi, yaitu, restrukturisasi organisasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), restrukturisasi artinya penataan kembali (supaya struktur atau tatanan baik). Dalam konteks restrukturisasi organisasi, bisa diartikan sebagai upaya perusahaan dalam menata kembali organisasi menjadi lebih efektif, efisien dan bisa kembali bersaing di dalam industri yang mereka geluti.

Ada banyak alasan mengapa restrukturisasi menjadi pilihan, Namun secara umum ada dua alasan utama. Pertama, untuk meningkatkan performa perusahaan. Kedua, adalah menyelamatkan perusahaan.

Untuk alasan pertama terjadi ketika secara umum perusahaan dalam kondisi yang cukup sehat, indikator-indikator keuangan seperti revenue, profit margin masih dalam kondisi sehat. Namun pertumbuhan penjualan dirasa melambat dari tahun ke tahun. Kompetitor yang terus menggerus market share dan profit margin yang terus menurun. Dalam kondisi demikian, perusahaan perlu mendiagnosa apakah kinerja departemen penjualan dan pemasaran sudah responsif merespon pasar, atau malah terlalu gemuk, lambat dan birokratis sehingga ketinggalan dalam merespon tren-tren terbaru.

Alasan kedua terjadi ketika perusahaan sudah berada di titik nadir. Penjualan yang terus menurun, indikator keuangan sudah berada dalam zona merah, atau bahkan sudah minus. Dalam kondisi ini, selain perusahaan perlu merestrukturisasi keuangan (utang jatuh tempo misalnya), perusahaan juga perlu merestrukturisasi organisasinya.

Tahapan restrukturisasi

Perusahaan perlu melakukan perubahan total dalam organisasi, mengurangi atau bahkan menghilangkan departemen yang tidak produktif, mahal dan bukan revenue generator. Bisa juga merampingkan organisasi sales dan marketing, serta memfokuskan pengembangan dan iklan hanya pada brand yang paling banyak menghasilkan keuntungan. Langkah ini perlu di lakukan untuk bisa membangkitkan perusahaan dari keadaan mati suri.

Untuk itu, ada empat tahapan yang sangat penting dan mendasar untuk melakukan restrukturisasi. Pertama, perusahaan (biasanya di bantu oleh konsultan) perlu melakukan diagnosa menyeluruh mengenai performa perusahaan. Beberapa sinyal dan indikator yang perlu diperiksa misalnya, tergerusnya gross margin dari tahun ke tahun, berkurangnya market share karena masuknya kompetitor baru, kehilangan klien atau pelanggan besar yang berpengaruh; meningkatnya komplain dari pelanggan terkait produk/jasa, penurunan pertumbuhan penjualan dari tahun ke tahun dan tingginya rasio biaya overhead dibandingkan penjualan dari tahun ke tahun.

Semua indikator itu menunjukkan perusahaan perlu melakukan perubahan dan restrukturisasi dalam organisasi. Namun kunci utama dari keberhasilan proses diagnosa ini adalah jajaran direksi dan manajemen harus mendukung, bersikap terbuka dan apa adanya dalam proses diagnosa ini agar akar masalah dapat segera ditemukan dan diselesaikan.

Langkah berikutnya, menentukan tujuan dan indikator kesuksesan. Penentuan tujuan ini menjadi hal yang sangat penting dan perlu dilakukan secara seksama karena akan menjadi acuan apakah proyek restrukturisasi telah berjalan sesuai dengan rencana atau malah membuat perusahaan tambah terpuruk. Perusahaan dapat menggunakan berbagai acuan seperti meningkatnya penjualan, meningkatnya profit margin; atau berkurangnya biaya overhead. Namun yang perlu di cermati, perubahan ini tidak bisa terjadi dalam sekejap, sehingga perusahaan perlu menetapkan target jangka pendek (1 tahun-2 tahun) dan jangka panjang (3 tahun -5 tahun), agar perusahaan dapat mengetahui apakah program ini masih on track atau tidak.

Langkah ketiga adalah mulai membuat rencana reorganisasi. Perusahaan perlu untuk membuat rencana yang terperinci, dan dapat dilaksanakan. Hal ini penting karena seringkali perusahaan telah membuat rencana yang hebat, namun terlalu sulit untuk dilakukan, sehingga tidak membawa dampak yang maksimal.

Rencana tersebut setidaknya harus memuat beberapa hal berikut. Pertama, menentukan orientasi organisasi yang baru, sebagai contoh, perusahaan akan lebih menjadi customer facing sehingga perubahan lebih di fokuskan pada kuantitas dan kualitas interaksi kepada pelanggan. Kedua, merumuskan bentuk organisasi dan jumlah karyawan yang di perlukan. Kedua hal ini dapat dibuat dengan menggunakan berbagai acuan, namun yang cukup popular adalah span of control dan workforce planning analysis.

Tahapan terakhir adalah mengeksekusi rencana dan program. Ini mungkin hal yang paling berat dan biasanya melibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK). Jika ini terjadi, perusahaan perlu sesegera mungkin mengkomunikasikan rencana secara transparan kepada karyawan yang terdampak dan serikat pekerja.

Perusahaan juga perlu menyediakan sejumlah dana untuk memberikan pesangon yang layak sesuai undang-undang ketenagakerjaan. Perusahaan juga perlu menyiapkan strategi apabila terjadi penolakan dan kemungkinan demonstrasi dari karyawan. Cara terbaik untuk menyelesaikan masalah ini adalah dengan tetap mengedepankan dialog dalam forum bipartit maupun tripartit dengan juga melibatkan pemerintah. Kuncinya, komunikasi, komunikasi dan komunikasi.

Restrukturisasi memang bukan jalan yang mudah, ia ibarat obat yang terasa pahit di lidah, namun akan memberikan kesembuhan bagi orang yang sakit. Sama seperti perusahaan, restrukturisasi bisa menjadi obat yang mujarab, jika semua proses diatas di jalankan dengan baik dan didukung oleh semua pihak.•

Prasidha Ilvan Yahdi
Senior Manager HR Global Organization Effectiveness and Analytics di Unilever

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×