kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Revolusi industri, kini


Senin, 11 Maret 2019 / 15:06 WIB
Revolusi industri, kini


Reporter: Djumyati Partawidjaja | Editor: Tri Adi

Ada kata-kata dari orang bijak yang menasihati kita untuk membangun rumah di atas batu. Hanya orang-orang bodoh yang mendirikan rumahnya di atas pasir, karena waktu hujan angin datang maka rumah itu bakalan rusak parah.

Logika yang sangat sederhana. Semua hal yang didirikan dengan fondasi yang kuat akan bisa bertahan lama. Kita bahkan masih bisa melihat bangunan atau gedung yang masih berdiri megah walau umurnya sudah berabad-abad. Tapi mencari fondasi yang kuat bukanlah pekerjaan mudah.

Di zaman yang cepat berubah seperti sekarang ini, kita membutuhkan kejelian dan kebijakan yang luar biasa untuk mencari fondasi kuat. Misalnya saja fondasi untuk membangun industri yang kuat di negeri ini.

Kalau saya mulai dengan pertanyaan, industri apa yang harus kita bangun supaya negeri ini bisa jadi negara industri mumpuni sehingga neraca pembayaran kita tak perlu bergelut dengan defisit, mungkin saya akan menemukan jawaban yang beragam.

Bagi Anda yang hanya mau percaya dengan buku teks, mungkin jawabannya adalah industri baja dan petrochemical. Jawaban ini tidak salah, kalau saja pertanyaan diajukan di awal abad ke-20 (tahun 1900–2000). Tapi di zaman now, jawaban itu rasanya agak ketinggalan zaman.

Di era perubahan yang cepat seperti saat ini –di waktu terjadi banyak industry disruptive– kita tentu harus bisa lebih cerdas memilih fondasi, tidak hanya sekadar mengikuti buku teks. Kita juga membutuhkan kebijakan luar biasa untuk menemukannya.

Sayangnya negeri ini kekurangan peneliti atau teknokrat yang mau peduli dan juga punya kapasitas secara teknis untuk bisa membangun blueprint industri baru di Indonesia.

Semua orang tentu mengerti blueprint industri yang baik dibutuhkan di negeri ini. Ada banyak mismatch dan bolong-bolong industri di negeri ini.

Akibatnya, semakin laju mesin industri di negeri ini berproduksi, maka semakin membengkak juga impor yang harus masuk. Pasalnya, hampir semua industri membutuhkan bahan baku atau setengah jadi yang berasal dari luar negeri.

Para ekonom, pengusaha, dan politisi yang mau memimpin negeri pun kelihatan sama-sama gundahnya. Mereka semua tahu, perubahan lanskap industri di negeri ini tidak akan terjadi tanpa ada intervensi. Omong kosong janji para calon pemimpin di negeri ini menciptakan lapangan kerja untuk ratusan ribu bahkan jutaan lulusan baru tanpa adanya blueprint industri. Semuanya hanya akan menjadi janji yang bisa dipastikan tak akan terwujud pada waktunya.♦

Djumyati Partawidjaja

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×