kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45913,59   -9,90   -1.07%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham properti tertekan


Rabu, 12 September 2018 / 13:55 WIB
Saham properti tertekan


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tri Adi

Tekanan terhadap bisnis properti hingga akhir tahun nanti cukup berat. Ini karena masih banyak sentimen negatif, mulai dari kenaikan suku bunga hingga gejolak pasar global.

Pertimbangan konsumen untuk membeli properti tak hanya berdasarkan satu indikator. Misalnya, ketika suku bunga masih double digit, sektor properti justru tumbuh 25%–27%. Sementara saat bunga single digit seperti sekarang, properti justru tak tumbuh signifikan.

Bahkan, stimulus Bank Indonesia lewat pelonggaran LTV tak akan mampu mendongkrak sektor properti tahun ini. LTV tak bisa berdiri sendiri untuk mendorong bisnis properti. Kita juga harus bicara sentimen global yang menyebabkan gejolak nilai tukar rupiah.

Efek pelemahan rupiah ke bisnis properti memang ada. Konsumen menahan diri masuk properti sehingga penjualan tertekan. Pengembang pun terkena imbas karena sebagian bahan baku dari impor. Banyak pula pengembang memiliki utang valuta asing.

Nah, mereka akan terkena imbasnya. Meski hedging, pasti ada batasnya. Sementara kita belum tahu batas depresiasi rupiah sampai di mana. Itu artinya masih memicu kecemasan. Apalagi bagi pengembang yang tak melakukan hedging, pasti dampaknya semakin besar.

Sentimen negatif ini membuat kepercayaan investor properti turun. Sedangkan untuk end user, sentimen itu tak berefek besar. Tetapi, pertumbuhan properti lebih banyak digerakkan investor. Dengan sentimen negatif yang berlanjut sampai akhir tahun ini, prospek saham properti masih tertekan.

Saat ini, saya tak merekomendasikan satu pun saham properti, karena sektornya terkena sentimen. Penurunan harga saham properti diikuti kemungkinan penurunan kinerjanya. Sebenarnya dari sisi valuasi, masih ada saham yang tergolong rendah seperti BSDE dan PWON. Meski saham terlihat murah, jika prospek sektornya belum bagus, sulit melihat itu pilihan menarik.

Jadi, sebaiknya hindari dulu saham properti. Masih banyak sektor lain yang cukup kuat seperti pertambangan dan konstruksi.•

Alfred Nainggolan
Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×