kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45917,01   -18,50   -1.98%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Salahkan teknologi


Senin, 05 Februari 2018 / 14:04 WIB
Salahkan teknologi


| Editor: Tri Adi

Teknologi menjadi tersangka utama sejumlah fenomena ekonomi dan sosial yang terjadi di negeri ini. Mulai dari disrupsi yang menggerogoti industri transportasi, isu SARA akibat banjir hoax di media sosial, hingga penyerapan tenaga kerja yang rendah di 2017.

Boleh setuju, boleh juga tidak, perkembangan teknologi terutama teknologi informasi menjadi kambing hitam, sebab teknologi memungkinkan faktor jarak dan waktu menjadi tanpa batas.

Apalagi penggunaan teknologi kian masif. Ini terlihat dari makin banyaknya kepemilikan telepon pintar/smartphone. Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) dalam survei terbaru penggunaan teknologi komunikasi dan informasi serta implikasinya terhadap aspek sosial budaya masyarakat tahun 2017 mencatat, sebanyak 66,31% masyarakat Indonesia memiliki smartphone.

Dari jumlah itu masyarakat rentang usia 20-29 tahun menjadi kelompok usia dengan tingkat penetrasi smartphone tertinggi 75,95%. Selain menghitung kepemilikan smartphone, Kominfo juga menghitung kepemilikan laptop, tablet, dll.

Dari survei tersebut diketahui ada tiga hal dari aspek sosial budaya yang sangat dipengaruhi penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK), yaitu social welfare (kesejahteraan sosial), social bonding (ikatan sosial), dan social culture (sosial budaya).

Dalam hal positif penggunaan teknologi bisa peningkatan ekonomi. Namun di sisi lain teknologi ini juga mengubah tata nilai yang dianut selama ini, seperti nilai silaturahmi yang tidak lagi harus secara langsung (fisik) tetapi cukup melalui media sosial atau instant messanging. Perubahan juga terjadi pada nilai-nilai keagamaan, nasionalisme, minat terhadap seni tradisional, gotong royong, sopan santun, dan lain sebagainya.

Perubahan-perubahan itu sedikit menggambarkan bagaimana teknologi bisa mengubah kehidupan sosial budaya dan ekonomi, termasuk dalam sistem ketenagakerjaan. Contohnya pada kasus otomatisasi gardu tol yang membuat banyak orang kehilangan pekerjaan. Bahkan Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri menyalahkan pengaruh teknologi informasi yang membuat investasi banyak masuk ke padat modal.

Hal itu menurutnya menjadi alasan mengapa pada tahun 2017 dengan realisasi investasi Rp 692,8 triliun, tenaga kerja yang terserap hanya 1,17 juta orang, turun sekitar 216.000 orang atau 15,5% dibanding tahun 2016 yang 1,39 juta orang.              

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×