kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saya Duluan Vaksin


Rabu, 20 Januari 2021 / 07:15 WIB
Saya Duluan Vaksin
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Ekonomi global masih penuh ketidakpastian, termasuk Indonesia. Ini lantaran upaya mencapai herd immunity 60%-80% dengan vaksin korona penduduk dunia masih menghadapi banyak tantangan. Bukan sekadar masalah distribusi, tapi juga sasaran dan pembagian vaksin di masing-masing negara.

Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, Selasa (19/01) mengungkapkan, vaksinasi dunia terancam mengalami kegagalan moral. Ini karena ada 'ketidakadilan' dalam pemberian vaksin korona. Di banyak negara, veteran, anak muda dan anak-anak untuk sementara disisihkan. Di negara lain, penduduk miskin harus didulukan, lalu ada orang yang berusaha minta dipercepat untuk dirinya.

Ini akan jadi masalah dalam menciptakan kekebalan, mengingat jalur masuk negara di seluruh negara terbuka, mobilitas manusia sulit ditahan. Jumlah penduduk dunia 2021 diestimasi sampai 7.874.966.000 jiwa, naik 1,03% dari 2020 yang diprediksi 7.794.799.000 jiwa.

Upaya menciptakan kekebalan tak mudah, karena kata Tedros, ketimpangan ketersediaan vaksin korona juga jomplang luar biasa antara negara kaya dan miskin. Catatan WHO, lebih dari 39 juta dosis vaksin telah diberikan di 49 negara-negara yang kaya.Namun satu negara miskin hanya memiliki 25 dosis vaksin!

Pendekatan "saya duluan" jadi masalah. Kata Tedros ini akan merugikan dalam proses vaksinasi. Jika keinginan saya duluan ini tak terbendung, ini juga akan menyebabkan kenaikan harga vaksin dan mendorong penimbunan vaksin.

Jelas, ini tak diharapkan. Efek ego saya duluan berpotensi memperpanjang pandemi, bisa membuat penderitaan manusia makin panjang. Efeknya upaya pemulihan ekonomi juga bisa terhadang.

Vaksin korona memang instan dalam penemuan, tapi bisa menimbulkan harapan, meski masih tetap menimbulkan kekhawatiran. Skema berbagi vaksin Covac yang akan meluncur di Februari diharapkan bisa memangkas keegoan saya duluan vaksin, mengingat banyaknya keinginan vaksin mandiri.

Saat ini, ada 180 negara berkomitmen kuat, mengatur dan berbagi kebutuhan. Mereka bersekutu untuk bernegosiasi dengan produsen vaksin korona agar tak ada permainan harga. Mereka juga siap berbagi dengan 92 negara miskin dan menengah yang membutuhkan vaksin gratis. Ini semua demi menghilangkan ego: Saya mau duluan vaksin.

Semoga ego ini patah demi tercipta herd immunity, meski jelas pekerjaan yang penuh tantangan.

Penulis : Titis Nurdiana

Managing Editor

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×