kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sekali lagi, disrupsi tekfin


Selasa, 10 September 2019 / 14:19 WIB
Sekali lagi, disrupsi tekfin


Reporter: Cipta Wahyana | Editor: Tri Adi

Banking is necessary, banks are not. Bill Gates, pendiri Microsoft, menyampaikan ramalan ini pada 1994 atau sekitar 25 tahun lalu. Kini, ramalan Gates semakin mendekati kenyataan.

Kita ingat, baru beberapa tahun terakhir kita mendengar istilah financial technology (fintech) atau tekfin sering disebut di Indonesia. Kini, sepak terjang perusahaan-perusahaan tekfin itu kian merajalela dan membuat bank konvensional keder. Bukan hanya pemainnya yang terus bertambah, wilayah bisnis mereka juga semakin meluas.

Aksi ekspansi tekfin kian cepat lantaran mereka berkolaborasi dengan sesama pemain di ekonomi digital. Organisasi dan proses bisnis mereka yang sama-sama ringkas (lean) memungkinkan kerjasama terwujud dengan cepat. Salah satu tren terbaru adalah kerjasama tekfin pinjaman online (peer-to-peer lending atau P2P) dengan toko online.

KONTAN mencatat, beberapa toko online dan tekfin P2P kian erat bergandengan tangan untuk menggarap pasar pinjaman bagi UKM. Sebut saja Tokopedia yang meluncurkan Modal Toko dengan menggadeng Modalku. Ada pula BukaModal keluaran Bukalapak yang menggandeng lima institusi sekaligus: Investree, Modalku, KoinWorks, Taralite, dan Bank Mandiri.

Jalinan kerjasama pemain e-commerce dan tekfin P2P ini bakal menjadi pesaing berat pinjaman konvensional keluaran bank. Pasalnya, gabungan keduanya menawarkan segudang kelebihan bagi para pebisnis UKM. Soal kemudahan administrasi jangan ditanya. Bermodalkan aplikasi digital, administrasi pengajuan pinjaman dijamin tak ribet.

Proses persetujuan juga cepat karena toko online memanfaatkan big data rekam jejak transaksi para UKM di platform mereka sebagai semacam credit rating untuk menentukan kelayakan calon peminjam. Ini menjadi keunggulan kompetitif tersendiri dari toko online dan perusahaan P2P. Yang tak kalah menarik, tentu saja, adalah menyatunya semua fasilitas tersebut dalam platform toko online yang tengah menjadi idola para pebisnis.

Jika jeli, sebenarnya, tren baru ini sudah bisa ditebak bakal muncul di Indonesia. Misalnya, para pemain jasa finansial konvensional bisa belajar dari apa yang terjadi di China. Di Negeri Panda itu, perkawinan toko Alibaba dan perusahaan teknfin sudah terjadi sekitar lima tahun lalu.

Nah, agar tidak ketinggalan, para penyedia jasa finansial konvensional harus segera menginjak gas semakin dalam untuk menggenjot digitalisasi bisnis mereka.♦

Cipta Wahyana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×