kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra


Rabu, 03 Januari 2018 / 14:11 WIB
Sentra


| Editor: Tri Adi

Layaknya libur panjang akhir pekan, begitu pun awal minggu ini, deretan pedagang telur asin dan bawang merah menjelang Pintu Tol Kanci–Pejagan dipadati pembeli. Kebanyakan dari pembeli adalah pengendara mobil pribadi. Salah satu pembelanja mengaku membeli bawang merah dengan harga deal Rp 20.000 per kilogram.

Bisa jadi Bapak pembeli bawang itu kurang update berita, karena rentetan libur sejak menjelang Natal. Maklum saja, mulai pertengahan Desember, harga bawang merah di Brebes pelan-pelan turun. Puncaknya, minggu lalu, ketika harga jual bawang merah standar hanya Rp 4.000 per kilogram dari petani. Mereka lantas berunjuk rasa di Kantor Bupati, minta pemerintah membeli bawang merah sesuai harga normal, yakni Rp 15.000 per kilogram.

Yang terjadi sekarang, tampaknya selalu berulang. Saat harga bawang merah tinggi, pemerintah berupaya melakukan segala hal agar harganya turun, termasuk impor. Namun, ketika harga bawang merah tiarap, tak ada usaha untuk meringankan beban petani. Padahal, biaya yang dibutuhkan petani untuk menanam, tetap sama, mau harga bawang merah tinggi atau anjlok.

Buntut dari unjuk rasa petani minggu lalu, Bupati Brebes mewajibkan setiap pegawai negeri sipil di wilayahnya membeli masing-masing 2 kilogram bawang merah. Harganya dipatok Rp 18.000/kg, untuk menolong para petani.

Di masa mendatang, sebaiknya pemerintah pusat memikirkan nasib petani bawang merah ini. Selama ini, petani Brebes memang menikmati siklus saat harga bawang merah tinggi.

Namun, di lain pihak, pemerintah pusat rupanya mengupayakan munculnya beberapa sentra bawang merah yang lain. Misalnya di Manggarai Barat, NTT dan Tapin, Kalimantan Selatan. Bawang merah dari Tapin malah sudah diekspor ke Thailand. Alhasil, jika dulu, Brebes memasok sekitar 30% kebutuhan nasional, termasuk ke NTT dan Kalimantan, kini, kiriman bawang merah dari Jawa Tengah itu, tidak lagi diharapkan. Sentra bawang merah tidak didominasi oleh Brebes lagi.

Nah, pada masa mendatang, harus dipikirkan untuk tanaman pengganti bagi para petani bawang merah Brebes. Lantaran pasar domestik tidak lagi sebesar dulu.

Atau sebaliknya, meluaskan pasar bawang merah Brebes. Jadi, tidak sebatas jelang pintu tol, atau rest area yang baru, atau dijual ke pulau lain saja, barangkali petani Brebes bisa merambah negara, selain Thailand, untuk jadi tujuan ekspor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×