kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sesudah Vaksinasi Covid-19


Rabu, 10 Maret 2021 / 07:19 WIB
Sesudah Vaksinasi Covid-19
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Indonesia sudah memulai vaksinasi Covid-19, seperti juga di lebih 90 negara lain di dunia. Sesudah pelaksanaan vaksinasi kepada petugas kesehatan dilanjutkan ke petugas pelayanan publik lainnya, dan juga pada lansia.

Kita sudah banyak membaca pembahasan tentang keamanan dan efikasi vaksin. Masyarakat juga sudah menerima dengan cukup baik sehingga diharapkan jumlah warga yang di vaksinasi terus meningkat.

Selanjutnya akan muncul berbagai pertanyaan tentang aspek-aspek lain sesudah kita mendapatkan vaksinasi ini. Satu hal yang kini banyak ditanyakan orang adalah sampai berapa lama kekebalan akan bertahan dalam tubuh kita setelah divaksinasi?

Untuk menjawab ini maka perlu kita sadari bahwa vaksin Covid-19 baru mulai digunakan di dunia sejak Desember 2020, sesudah ada hasil interim uji klinik fase tiga. Juga ada vaksin yang baru mulai digunakan Januari 2021, seperti di negara kita.

Artinya, sampai sekarang baru dalam hitungan dua atau tiga bulan sejak vaksin mulai digunakan, dan juga baru dalam hitungan singkat sejak hasil interim uji klinik dilaporkan.

Produsen vaksin masih meneruskan uji klinik fase tiganya sampai selesai beberapa bulan lagi untuk mendapat angka-angka final, termasuk sampai berapa lama kekebalan akibat vaksinasi akan bertahan. Karena itu saat ini kita belum bisa memberi jawaban pasti tentang berapa lama sesudah divaksin, maka kita akan/masih punya kekebalan terhadap Covid-19, tentu sesuai nilai efikasi yang ada.

Di sisi lain kita ketahui bahwa derajat kekebalan tertentu juga dapat saja diperoleh kalau seseorang terinfeksi dan sakit Covid-19, bukan karena vaksinasi. Hal ini sudah cukup banyak data ilmiah tentang berapa lama kekebalan bertahan, dan memang angkanya bervariasi antara satu penelitian dengan penelitian lainnya.

Salah satu penelitian besar dilakukan pada 365.104 orang di Inggris yang diperiksa kadar antibodinya secara berkala sejak 20 Juni sampai 28 September 2020, dalam kegiatan survei prevalensi antibodi nasional Inggris, sesuatu yang baik juga kalau dapat dilakukan di Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa pada periode 20 Juni sampai 13 Juli 2020 ada 6% dari sampel yang ada antibodi terhadap Covid-19 dalam darahnya. Angka ini turun menjadi 4,8% pada periode 31 Juli sampai 13 Agustus serta turun lagi menjadi 4,4 % pada periode 15 September sampai 28 September 2020.

Artinya, dalam perjalanan waktu maka antibodi untuk melawan Covid-19 memang akan turun. Data berskala besar lain dari Public Health England SIREN (SARS Co-2 Immunity and Reinfection Evaluation) menganalisa 20.787 petugas kesehatan, yang hasilnya yang dipublikasi di pertengahan Januari 2021 menunjukkan bahwa proteksi antibodi pada seseorang yang sudah terinfeksi Covid-19 akan bertahan sampai 5 bulan lamanya.

Publikasi ilmiah lain di jurnal internasional New England Journal of Medicine sekitar Agustus 2020 menyebutkan bahwa antibodi pada seseorang yang pernah sakit akan turun separuhnya setiap 36 hari. Sedangkan Jurnal ilmiah lain "Nature Microbiology" Oktober 2020 menyatakan bahwa antibodi netralisasi pada seseorang yang terkena Covid akan bertahan sampai 3 bulan lamanya. Antibodi netralisasi adalah yang dapat melawan virus Covid-19 yang masuk dalam tubuh, jadi artinya penelitian ini menunjukkan kekebalan pada seorang yang pernah kena Covid-19 akan bertahan selama 3 bulan.

Selain peran penting antibodi yang merupakan imunitas humoral, maka sistem kekebalan tubuh juga dibentuk oleh imunitas selular antara lain dalam bentuk aktifitas sel T. Publikasi di jurnal internasional BMJ November 2020 melaporkan bahwa ternyata respon kekebalan melalui mekanisme sel T ini bertahan sampai 6 bulan sesudah seseorang terinfeksi.

Sementara itu publikasi di jurnal ilmiah Science di awal Januari 2021 menunjukkan bahwa antibodi tertentu dan sebagian sel memori kekebalan tubuh terhadap Covid-19 ternyata tetap bertahan sampai 8 bulan sesudah seseorang terinfeksi virus ini.

Data-data di atas menunjukkan bahwa berbagai bentuk kekebalan tubuh akan ada didalam tubuh seseorang selama 3 sampai 8 bulan sesudah ia tertular Covid-19. Kekebalan yang akan timbul akibat vaksinasi diharapkan akan lebih baik dan lebih lama daripada kekebalan akibat tertular penyakit, karena pada vaksinasi maka memang diatur sedemikian rupa sehingga kekebalan maksimal akan dapat terbentuk.

Kita tunggu bagaimana perkembangan ilmu pengetahuan dalam waktu mendatang ini sehingga kita akan tahu persis berapa lama kekebalan yang ditimbulkan vaksinasi akan bertahan, dan kapan harus diberikan suntikan vaksinasi lagi kalau-kalau sekiranya diperlukan nantinya. Informasi ini bukan hanya diperlukan oleh kita yang sudah divaksin, tetapi tentu juga akan dibutuhkan pemerintah dalam menetapkan program vaksinasi nasional Covid-19 ke depan untuk mengatasi pandemi ini.

Tetap perlu 3M

Selain tentang berapa lama kekebalan terjaga sesudah di vaksin, banyak pertanyaan tentang kenapa harus tetap melakukan memakai masker, menjaga jarak dan mencuci tangan (3M) sesudah kita selesai divaksin. Mengingat sekarang kasus Covid-19 masih terus bertambah dan angka penularan di masyarakat juga cukup tinggi, antara lain ditandai dengan angka kepositifan sekitar 20%, maka risiko tertular memang masih besar. Kita juga tahu bahwa tidak ada vaksin Covid-19 yang efikasinya 100%, jadi walaupun jauh lebih kecil maka tetap saja ada risiko tertular.

Karena itu 3 M, tetap amat diperlukan, di tambah M-M lainnya seperti menghindari kerumunan, melakukan olah raga teratur, makan yang bergizi dan lain lain.

Center of Disease Control (CDC) Amerika Serikat pada 25 Januari 2021 juga mengatakan bahwa sesudah divaksinasi seseorang tetap diminta menggunakan masker. Hal ini karena sejauh ini belum ada data ilmiah yang cukup meyakinkan yang menyatakan masker dan jaga jarak tidak perlu digunakan lagi. Selain itu masih dalam kajian tentang berapa banyak orang yang akan divaksin dan dampaknya pada penyebaran penyakit di masyarakat. Kemudiann apakah seseorang yang sudah divaksin masih bisa menularkan virus atau tidak, walaupun dia tercegah untuk jatuh sakit.

Jadi sambil menunggu data-data ilmiah dan pengalaman lapangan dan makin banyaknya orang yang di vaksin, CDC Amerika Serikat menganjurkan orang yang sudah divaksin tetap melakukan protokol kesehatan 3M, ditambah menghindari kerumanan dan menghindari ruangan tertutup yang tidak berventilasi baik.

Informasi yang jelas tentang vaksinasi memang perlu terus disampaikan ke seluruh masyarakat. Sejauh ini di dunia sudah diberikan sekitar 200 juta dosis vaksinasi Covid-19, dan tentu diharapkan akan berperan penting dalam penanggulangan pandemi. Tetapi pandemi bisa diatasi kalau dilakukan 3 M secara maksimal, 3 T secara maksimal dan upaya vaksinasi juga secara maksimal.

Penulis : Tjandra Yoga Aditama

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Direktur Pascasarjana Universitas YARSI

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×