Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Tri Adi
Media sosial lagi-lagi ramai dengan cuitan yang berhubungan dengan kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan. Kali ini, isu yang diperdebatkan adalah pemasangan jaring warna hitam berbahan nilon (waring) untuk menutupi Kali Sentiong atau yang populer dikenal dengan Kali Item. Anies mengungkapkan, salah satu alasan utama penutupan Kali Item ini adalah untuk meminimalisir aroma tak sedap.
Kebijakan ini dilakukan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menjelang pelaksanaan Asian Games yang akan dihelat pada 18 Agustus sampai 2 September 2018. Pro-kontra kebijakan Anies tak terhindarkan. Pendapat yang mendukung kebijakan ini melihat, waring yang dipasang akan memberikan sejumlah dampak positif. Salah satunya, mengurangi jumlah sampah yang dibuang sembarangan oleh warga. Selain itu, pemasangan waring juga dinilai bisa menutupi wajah buruk Kali Item.
Sedangkan pihak kontra berpendapat, kebijakan yang dijalankan Pemprov DKI tak menyelesaikan masalah utama. Bau dari kali tersebut tidak akan menghilang dengan pemasangan jaring. Demikian pula wajah buruk Kali Item yang tetap akan buruk saat waring dibuka kembali. Sesungguhnya, Pemprov DKI Jakarta sudah mencoba mencari solusi agar masalah Kali Item bisa diselesaikan. Salah satunya dengan memasang nano bubble, yakni teknologi penjernihan air kali dari Singapura. Sayang, usaha tersebut belum membuahkan hasil.
Masalahnya, duit yang harus dirogoh Pemprov DKI untuk pemasangan waring ini tidak sedikit. Dengan panjang dan lebar Kali Item yang masing-masing mencapai 689 meter dan 20 meter, dan dengan menggunakan acuan harga waring per meter sebesar Rp 6.000, maka total dana yang harus dikeluarkan mencapai Rp 82,680 juta. Nilai yang cukup fantastis untuk solusi penanganan 'sementara' Kali Item. Nilai tersebut tidak termasuk dengan biaya pemasangan dan peralatan lain-lain.
Karena berkejaran dengan waktu, sepertinya jalan pintas yang diambil Pemprov 'terpaksa' harus kita maklumi. Sebab, ajang Asian Games ini akan banyak dihadiri oleh para atlet internasional dari berbagai negara. Tetapi, saya tidak bisa membayangkan, jawaban apa yang akan disiapkan oleh para liaison officer jika tiba-tiba saja para atlet mancanegara itu bertanya tentang apa yang ada di balik jaring hitam dan mengapa kali itu ditutupi? Hal yang ditutupi pastinya akan semakin menarik perhatian. Mari berharap saja tidak ada yang mempertanyakan hal ini. •
Barratut Taqiyyah Rafie
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News