kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,20   -16,32   -1.74%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sinyal dari China


Jumat, 11 Januari 2019 / 18:16 WIB
Sinyal dari China


Reporter: Khomarul Hidayat | Editor: Tri Adi

Tiga hari terakhir, pusat perhatian para investor dunia tertuju ke Beijing. Investor menanti-nanti hasil pembicaraan soal perdagangan antara China dengan Amerika Serikat (AS) yang digelar di Ibukota China itu. Investor berharap ada hasil positif dari negosiasi perdagangan dua raksasa ekonomi dunia tersebut.

Setahun terakhir, perang dagang dua negara itu memberi tekanan ke pasar keuangan dunia. Perang dagang juga menjadi bandul pemberat ekonomi global.

Belakangan ada itikad dari China dan AS untuk mencoba menyudahi perang tarif dagang yang telah memberatkan ekonomi dua negara tersebut. Bulan Desember 2018 lalu, China dan AS sepakat untuk melakukan gencatan perang tarif dagang hingga 2 Maret 2019, sembari mencari titik temu.

Pertemuan di Beijing adalah bagian untuk mencari kesepakatan dalam hubungan dagang China dan AS. Belum ada hasil rinci dari pembicaraan perdagangan itu. Namun, sinyal-sinyal yang muncul dari pertemuan tersebut memberi isyarat ada kemajuan yang dicapai.

Bahkan pertemuan yang sedianya hanya digelar dua hari diperpanjang menjadi tiga hari. Presiden AS Donald Trump melalui akun Twitter juga memberi tanda bahwa perundingan itu berjalan sangat baik.

Sinyal bagus ini yang kemudian direspons pelaku pasar sehingga indeks bursa utama dunia menanjak dalam beberapa hari ini. Mudah-mudahan saja ada kesepakatan yang dihasilkan untuk mengakhiri pertikaian tarif dagang yang membuat ekonomi dunia lesu.

Apalagi tahun ini, dari proyeksi sejumlah lembaga internasional, prospek ekonomi tak lebih baik dari tahun lalu. Terbaru, Bank Dunia yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi global akan melambat tahun ini menjadi 2,9% dibandingkan 3% pada tahun lalu.

Proyeksi itu sudah memperhitungkan efek perang dagang China-AS. Dalam pandangan Bank Dunia, perang tarif akan meningkatkan permintaan barang substitusi yang lebih mahal dan ini akan menekan dan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi dua negara tersebut.

Menurut Bank Dunia, efek negatif dari pelemahan ekonomi AS dan China ini yang bakal lebih dominan mempengaruhi perekonomian global. Dus, selama dua negara adidaya itu masih belum akur, sulit rasanya menghindari efek negatif tersebut dan kita akan kembali menyaksikan ekonomi dunia dan juga pasar keuangan global terombang-ambing dalam ketidakpastian.•

Khomarul Hidayat

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×