Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - Pekan depan, tepatnya 15-16 Juni 2021, bank sentral paling berpengaruh sedunia, The Federal Reserve, bakal menggelar pertemuan bulanan penetapan arah kebijakan moneter. Pertemuan Komite Kebijakan The Fed bulan ini dinanti para pelaku pasar.
Sebab, ada kemungkinan The Fed memberi sinyal lebih tegas mengenai arah kebijakan moneter ke depan setelah ekonomi Amerika Serikat (AS) menunjukkan tanda-tanda membaik. Dari beberapa pernyataan petinggi The Fed, mereka mulai mengakui bahwa The Fed semakin dekat untuk perdebatan kapan harus menarik kembali beberapa dukungan kebijakan selama krisis untuk ekonomi AS. Bahkan ketika stimulus The Fed masih diperlukan untuk meningkatkan pemulihan dan lapangan kerja di AS.
Selama ini, The Fed rutin melakukan pembelian aset obligasi senilai US$ 120 miliar per bulan. Kebijakan pembelian obligasi plus suku bunga mendekati nol, ditujukan untuk mengurangi biaya pinjaman serta mendorong perekrutan tenaga kerja dan investasi di Negeri Paman Sam.
Nah, sekarang The Fed mulai berancang-ancang mengurangi stimulus tersebut. Presiden Bank Fed Philadelphia Patrick Harker sudah melemparkan sinyal bahwa ekonomi AS berangsur pulih dari krisis akibat pandemi korona dan pasar tenaga kerja sudah rebound. Dan ini mungkin sudah waktunya bagi The Fed mulai memikirkan cara terbaik untuk memperlambat laju pembelian asetnya.
Apakah ini berarti pengetatan kebijakan moneter The Fed atau taper tantrum bakal dilakukan dalam waktu dekat? Entahlah. Namun, melihat perkembangan ekonomi AS saat ini, cepat atau lambat, taper tantrum bakal terjadi. The Fed sendiri hanya menyatakan tidak akan menaikkan suku bunga sampai ekonomi kembali ke lapangan kerja penuh dan inflasi mencapai target 2%.
Bagi Indonesia, tanda-tanda pembalikan arah kebijakan moneter The Fed ini harus diwaspadai. Ibarat berkejaran dengan waktu, harapannya pemulihan ekonomi Indonesia juga bisa berlangsung cepat sehingga ketika taper tantrum terjadi tidak ada gejolak. Sebab, ekonomi Indonesia saat ini masih ditopang kebijakan moneter yang longgar plus gelontoran stimulus fiskal.
Sembari berharap, pengetatan kebijakan moneter The Fed tak dilakukan dalam waktu dekat karena akan mempersulit pemulihan ekonomi dari efek Covid-19. Bagaimanapun, ekonomi Indonesia saat ini masih butuh dukungan stimulus moneter dan rangsangan fiskal.
Penulis : Khomarul Hidayat
Redaktur Pelaksana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News