kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Skandal Facebook


Senin, 09 April 2018 / 14:54 WIB
Skandal Facebook


| Editor: Tri Adi

Facebook tengah dilanda masalah besar. Penyebabnya tak lain terkuaknya skandal penyalahgunaan data oleh konsultan politik Cambridge Analytica sebagai bagian dalam kampanye memenangkan Presiden AS Donald Trump. Tidak tanggung-tanggung, jumlah data yang bocor mencapai 87 juta pengguna. Yang mengejutkan, data yang bocor itu juga meliputi pengguna Facebook di Indonesia dengan jumlah mencapai 1 juta orang lebih.

Skandal itu kini menjadi tema hangat yang terus diperbincangkan di Indonesia. Melansir data dari situs Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), jumlah pengguna internet di Indonesia pada tahun lalu mencapai 143,26 juta jiwa dari total penduduk Indonesia yang sebanyak 262 juta jiwa atau penetrasinya mencapai 54,68%. Nah, dari jumlah tersebut, mayoritas atau sekitar 87,13% menggunakan internet untuk berinteraksi di media sosial.

Bagaimana dengan pengguna Facebook di Indonesia? Rupanya, Indonesia tercatat sebagai negara pengguna Facebook terbanyak keempat dunia.

Meski pengguna internet di Indonesia terbilang tinggi di dunia, namun hal itu tidak berbanding lurus dengan kesadaran akan pentingnya perlindungan data pribadi oleh masyarakat. Dari hasil pengamatan di berbagai forum diskusi dunia maya menunjukkan, sebagian pengguna internet tidak menyadari bahaya dari pencurian data pribadi. Hal ini terlihat dari sejumlah komentar terhadap isu pencurian data Facebook. Misalnya, muncul pertanyaan seperti: "Memangnya apa yang bisa dilakukan dengan data pribadi kita?".  

Tindakan pemerintah dengan memanggil Facebook memang sudah tepat. Apalagi, pemerintah juga memastikan akan menerapkan sanksi administrasi dan sanksi pidana jika Facebook terbukti melanggar aturan mengenai data pribadi. Hanya saja, PR pemerintah yang berkaitan dengan hal ini tidak sampai di situ. Sudah saatnya pemerintah turut andil dalam sosialisasi sekaligus edukasi mengenai pentingnya perlindungan data pribadi agar tidak disalahgunakan oleh pihak ketiga.

Atau jangan-jangan, kita juga harus meniru China yang sejak awal memblokir media sosial asing. Hanya media sosial lokal seperti Baidu, Weibo, dan Wechat yang bisa diakses di Negeri Panda tersebut. China rupanya sudah memprediksi, kasus pencurian data cepat atau lambat akan terjadi. Mungkin juga China sudah lama menyadari bahwa mereka yang paling banyak memiliki data di masa depan yang akan paling mudah menguasai dunia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×