Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Tri Adi
Bank sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve merilis acuan tarif pembiayaan semalam baru atawa Secured Overnight Financing Rate (SOFR). Niatnya, acuan baru ini bisa menjadi alternatif pengganti London Inter-bank Offered Rate (LIBOR).
Penggunaan LIBOR di AS sebenarnya kerap disalahgunakan. Contoh, di 2005 dan 2008, pegawai Barclays berulangkali meminta bank-bank lain memasukkan tingkat suku bunga LIBOR yang menguntungkan posisi mereka. Selain itu ada kolusi perbankan untuk memanipulasi tingkat suku bunga LIBOR.
Pada akhir 2007 dan awal 2009, Barclays juga mengajukan suku bunga LIBOR rendah. Padahal saat itu krisis moneter sedang mengguncang. Dengan cara ini, Barclays mencoba menyembunyikan likuiditas keuangannya yang sekarat.
Bila mengajukan suku bunga LIBOR tinggi, Barclays khawatir akan menerima hukuman pasar karena investor akan berpendapat bank tersebut sedang tidak sehat. Akhirnya, di 2012, bank internasional yang terlibat didenda ratusan juta dollar AS.
Saya menilai kemunculan SOFR merupakan langkah antisipasi dari Gubernur baru The Fed atas berkurangnya kredibilitas LIBOR menyusul skandal tersebut. Karena LIBOR juga mencakup tujuh kurs internasional, salah satunya dollar AS.
Menurut saya, SOFR memiliki beberapa kelebihan yang juga bisa dirasakan oleh pasar finansial Indonesia. SOFR cenderung lebih aman karena di-back up oleh collateral. SOFR itu secured, LIBOR unsecured.
Karena unsecured, bunga LIBOR akan lebih tinggi dibandingkan SOFR yang secured. Lantaran unsecured tadi, LIBOR memasukkan risk premium yang lebih tinggi daripada SOFR. Jadi, seharusnya SOFR memiliki tingkat bunga lebih rendah dibandingkan LIBOR.
Oleh karena itu, pelaku pasar uang akan beralih ke SOFR yang memiliki rate lebih rendah dibandingkan LIBOR. SOFR juga memberikan cerminan kondisi pasar yang lebih riil. Saya melihat, SOFR secara bertahap akan mengambilalih popularitas LIBOR.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News