kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Strategi Sederhana Investor Awam


Sabtu, 29 Agustus 2020 / 16:51 WIB
Strategi Sederhana Investor Awam
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Satu pelajaran terpenting dari kasus kerugian investasi saham, seperti yang dialami klien Jouska dan PT Jiwasraya, adalah: portofolio terkonsentrasi pada 5-10 saham, apalagi saham berfundamental lemah, sangat berisiko tinggi. Saham-saham dengan fundamental lemah juga dapat mengalami suspensi berkepanjangan dan akhirnya delisting sehingga menyebabkan kerugian total.

Sebenarnya, investor ritel awam dapat tenang berinvestasi dengan cara: diversifikasi, realokasi aset (rebalancing), meminimumkan biaya transaksi, dan memanfaatkan keajaiban waktu untuk mengembangkan investasi (the magic of compounding). Untuk diversifikasi adalah salah satu cara paling efektif meminimumkan kerugian akibat kegagalan sebuah investasi. Diversifikasi dapat dilakukan di antara kelas aset (across asset class), antarinstrumen di kelas aset yang sama (across securities), antarwilayah geografi (across market), dan antarwaktu (across time).

Misalnya, ada empat kelas aset finansial, yaitu tabungan/deposito, valuta asing/emas, obligasi, dan saham. Setiap kelas aset mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing, baik dari aspek likuiditas, risiko volatilitas, dan potensi imbal hasil. Setiap kelas aset juga mempunyai siklus yang berbeda terkait dinamika pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Tabungan return-nya paling rendah dan paling berisiko kehilangan daya beli bila inflasi tinggi, namun tetap diperlukan saat mendesak atau melakukan investasi terbaik jika ada koreksi harga obligasi, emas, dan saham.

Dalam kondisi ekonomi stagnan dan inflasi rendah seperti di era 2011-2020, obligasi menjadi pilihan investasi yang memberikan imbal hasil stabil yang lebih baik. Sedangkan saat ekonomi mengalami pemulihan dan tumbuh tinggi seperti era 2003-2010, maka saham memperoleh return paling tinggi, rata-rata mencapai 35% per tahun.

Emas dan valas menjadi pelindung dari kegagalan kebijakan moneter, namun tidak memiliki arus kas dan volatilitasnya sangat tinggi. Emas memiliki kelebihan dibandingkan dengan valas, karena bisa menjadi pelindung nilai atas kegagalan kebijakan moneter domestik dan juga global, seperti di periode 1971-1974, 2008-2010, dan 2020. Kelemahan emas adalah risiko menyimpan aset berharga di rumah dan biaya transaksi relatif tinggi.

Nah, perbedaan karakteristik aset dan korelasinya dengan siklus ekonomi, membuat setiap kelas aset mempunyai fungsi unik dalam struktur portofolio investor. Pilihan komposisi kelas aset tergantung karakter emosional dan jangka waktu yang dimiliki si investor. Investor konservatif dan berorientasi jangka pendek, lebih memilih instrumen yang volatilitas rendah dan sangat likuid, seperti deposito, emas, dan obligasi. Bagi investor agresif dengan jangka waktu panjang, porsi saham bisa sampai 50% portofolio atau lebih.

Komposisi aset sederhana bisa saja dibagi proporsional: deposito, emas, obligasi, dan saham, masing-masing 25% dari aset.

Jangan terlalu rakus

Untuk tabungan dan emas, diversifikasi dalam kelas aset relatif terbatas. Demi keamanan, tabungan disimpan di bank terbaik. Mungkin juga menambah return tabungan melalui investasi di reksadana pasar uang. Pilihan terbaik investasi emas adalah logam mulia.

Bagi investor ritel awam, cara paling praktis diversifikasi investasi obligasi dan saham adalah melalui reksadana. Dalam investasi obligasi, komposisi obligasi negara, obligasi korporasi, dan tenor menjadi penentu risiko dan potensi imbal hasil. Semakin banyak obligasi korporasi dengan kualitas kredit rendah, tenor panjang, dan tidak likuid, semakin tinggi potensi return. Tapi risiko kerugian juga meningkat. Obligasi pemerintah tenor panjang, 10 tahun atau lebih, memberi potensi keuntungan harga (capital gain) tertinggi saat ekonomi resesi dan mengalami deflasi. Tapi, ketika ekonomi mengalami pemulihan, saat inflasi dan suku bunga naik, obligasi tenor panjang akan mengalami kerugian yang besar pula.

Untuk melakukan diversifikasi di saham-saham berkualitas baik, investasi lah pada reksadana berbasis indeks pilihan, seperti LQ45, IDX30, MSCI Indonesia Large Cap, dan Jakarta Islamic Index (JII). Dalam indeks tersebut, mungkin saja ada saham-saham yang mengalami penurunan harga dalam waktu lama (tiga tahun-lima tahun). Bisa juga indeks mengalami stagnasi harga seperti yang terjadi sekarang. Namun, dalam jangka panjang, indeks harga saham akan naik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi sebuah negara.

Dalam jangka pendek, tidak ada yang tahu arah pergerakan harga emas, obligasi, dan saham. Sementara dalam jangka panjang, tren ketiga harga instrumen itu naik lebih cepat dari pertumbuhan ekonomi dan inflasi. Dengan demikian, diversifikasi investasi di ketiga instrumen ini akan memberikan pengembangan aset yang efektif dan efisien.

Kendala lain dalam berinvestasi adalah investor secara emosional lebih menyukai aset yang harganya sedang naik. Tapi, ketika harga mengalami kejatuhan, si investor akan terbebani secara emosional karena merugi.

Agar mendapat harga rata-rata investasi yang lebih rendah, maka investor melakukan investasi rutin. Bila aset tertentu harganya koreksi ekstrem, seperti saham di 2008, 2015, dan Maret 2020, investor memprioritaskan investasi di instrumen tersebut.

Jangan menebak waktu terbaik berinvestasi (market timing), karena hanya menjadi beban emosional yang merusak strategi investasi jangka panjang. Time in the market (berapa lama berada di pasar), lebih penting daripada timing the market. Biarkan waktu menjadi kekuatan pelipat ganda (compounding) nilai investasi Anda: time is money!

Sedangkan untuk rebalancing dari portofolio investasi, bertujuan mengoptimalkan imbal hasil dan volatilitas portofolio. Dalam investasi rutin, rebalancing tidak perlu dilakukan dengan menjual instrumen. Rebalancing dilakukan dengan memprioritaskan investasi di kelas aset yang porsinya di bawah rencana target alokasi. Dengan demikian, investor cenderung memperoleh harga rata-rata aset yang lebih murah dan juga meminimalkan biaya transaksi investasi.

Untuk mengoptimalkan investasi, biaya-biaya transaksi harus diminimalkan, yaitu dengan mengurangi transaksi yang berorientasi jangka pendek dan spekulatif. Harga instrumen finansial bergerak acak dalam jangka pendek, sehingga trading memastikan naiknya biaya transaksi tanpa ada kepastian kenaikan imbal hasil. Di antara reksadana indeks pilihan, cari lah yang biayanya juga terendah.

Cara-cara investasi dengan diversifikasi, rebalancing, dan minimalisasi biaya transaksi memang sangat sederhana dan tidak menghasilkan laba besar dalam jangka pendek. Tetapi, itulah cara terbaik bagi investor awam melindungi diri dari kegagalan investasi akibat ketidaktahuan, sikap rakus, dan penipuan investasi. Selamat mencoba dan semoga sukses berinvestasi.

Penulis : Siswa Rizal

Komite Investasi dan Penempatan Badan Pengeloaan Keuangan Haji (BPKH)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×