Reporter: Dimas Andi | Editor: Tri Adi
Kondisi pasar keuangan saat ini sangat tidak menentu. Tentu hal tersebut membuat kinerja instrumen investasi rentan terkoreksi. Wajar pula jika para investor tidak nyaman ketika dihadapkan dengan kondisi seperti ini.
Investor sendiri memang perlu mempertimbangkan lagi portofolio investasinya. Jika punya kebutuhan dana dalam jangka pendek, investasi dengan basis saham yang berisiko tinggi jelas kurang menguntungkan.
Meski demikian, upaya rebalancing portofolio yang hanya berdasarkan kondisi pasar semata bukan sesuatu yang bijaksana. Sebab, biar bagaimanapun selalu ada masa di mana kinerja pasar keuangan mengalami kenaikan atau sebaliknya.
Kalau tiap kali terjadi koreksi pasar lalu investor merespons dengan rebalancing, investor tersebut justru terlihat tidak konsisten dengan tujuan investasinya. Maka dari itu, sebaiknya rebalancing portofolio dilakukan manakala investor hendak mengubah tujuan atau profil risikonya ketika berinvestasi.
Memang saat ini masalah dominan adalah nilai tukar rupiah sudah menembus level Rp 15.000 per dollar AS, yang merupakan level yang di luar prediksi. Tekanan akan bertambah dengan harga minyak mentah yang dalam tren menanjak. Alhasil current account defisit (CAD) Indonesia makin melebar sehingga efeknya merembet ke mana-mana.
Jika masalah ini dapat terselesaikan, kinerja pasar keuangan Indonesia berpotensi kembali meningkat. Jadi, kalau kondisinya sudah normal, instrumen investasi harusnya kembali menarik buat investor.•
Rudiyanto
Direktur Panin Asset Management
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News