kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45910,52   11,74   1.31%
  • EMAS1.325.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tantangan dan peluang perbankan


Selasa, 20 Agustus 2019 / 10:10 WIB
Tantangan dan peluang perbankan


Reporter: Harian Kontan | Editor: Tri Adi

Tantangan industri perbankan ke depan masih tetap tinggi. Tantangan pertama yang harus dihadapi adalah likuiditas di sistem perbankan yang terus mengetat. Hal ini disebabkan sulitnya bank meningkatkan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK).

Data OJK per Mei 2019, rasio kredit terhadap DPK atau loan to deposit ratio (LDR) industri perbankan mencapai rekor tertinggi 95,5%. Kredit mengalami pertumbuhan 11,1%, sedangkan DPK hanya tumbuh 6,3%.

Apabila dilihat lebih rinci, melemahnya pertumbuhan DPK hingga Mei disebabkan melambatnya pertumbuhan dana murah, yang mencakup giro dan tabungan, atau biasa disebut current account and savings account (CASA). Pertumbuhan CASA pada bulan Mei melambat menjadi hanya 4,2% dari 6,2% pada April, yang merupakan pertumbuhan CASA terendah mengacu data yang kami miliki sejak 2011.

Sejalan dengan melemahnya pertumbuhan CASA, perbankan cenderung mengandalkan dana mahal, yaitu deposito berjangka. Pertumbuhan deposito berjangka naik cukup signifikan dari 7,2% menjadi 8,8%. Konsekuensi dari peningkatan dana mahal adalah margin bunga bersih atau net interest margin (NIM) menurun karena bank memilih tidak menaikkan suku bunga kredit secara agresif seperti halnya kenaikan suku bunga DPK.

Sejumlah bank besar melaporkan penurunan NIM dari rata-rata 6,2% di semester I-2018 menjadi 5,8% di semester I-2019. Dengan sengitnya persaingan meningkatkan DPK dan likuiditas yang ketat, sulit bagi bank untuk menurunkan suku bunga DPK sebagai respons terhadap penurunan suku bunga kebijakan BI 7 days reverse repo rate pada Juli lalu.

Tantangan kedua adalah kondisi ekonomi nasional yang cenderung tumbuh di bawah ekspektasi. Ekonomi Indonesia di kuartal II-2019 tumbuh melambat menjadi 5,05% dari 5,07% di kuartal I-2019.

Ketidakjelasan kondisi ekonomi dan geopolitik global yang kemungkinan berlanjut hingga tahun depan akan berdampak kepada ekonomi di dalam negeri dan kepada pertumbuhan kredit perbankan.

Tantangan ketiga adalah risiko melemahnya kualitas aset karena dampak perlambatan ekonomi. Rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) perbankan sepanjang tahun ini mengalami tren kenaikan dari 2,4% pada Desember 2018 menjadi 2,6% pada Mei 2019.

Kenaikan NPL terjadi di sektor yang berkontribusi besar terhadap kredit secara keseluruhan, antara lain sektor perdagangan besar dan eceran dan sektor manufaktur, yang masing-masing menyumbang 18,2% dan 16,3% terhadap total kredit. NPL di kedua sektor itu naik, masing-masing dari 3,6% dan 2,5% di akhir 2018 menjadi 3,9% dan 3% pada Mei 2019. Bank harus cermat melihat peluang di tengah tantangan ke depan. Dalam menghadapi tantangan likuiditas, bank harus mendorong pertumbuhan CASA agar biaya dana atau cost of fund dapat ditekan. Salah satu faktor penting dalam mendorong CASA adalah meningkatkan kualitas layanan dan menjaga hubungan baik dengan nasabah.

Bank juga masih memiliki alternatif pendanaan selain DPK, yaitu wholesale funding, antara lain dengan penerbitan obligasi korporasi dan surat berharga jangka menengah atau medium term notes (MTN). Bank dengan peringkat yang baik biasanya dapat menerbitkan instrumen tersebut dengan kupon yang lebih rendah. Intinya adalah bank harus mencari formasi pembiayaan yang optimal agar profitabilitas dapat dijaga.

Sementara dari sisi pertumbuhan kredit, meski di tengah kondisi global yang tidak pasti dan ekonomi domestik yang melambat, ruang bagi peningkatan pertumbuhan kredit masih terbuka. Masih banyak sektor ekonomi yang memiliki prospek baik di tahun ini dan tahun 2020.

Beberapa sektor akan didorong oleh berbagai program yang didasari visi dan misi pemerintah, antara lain sektor jasa kesehatan, farmasi, edukasi, ekonomi kreatif dan pariwisata. Kami juga optimistis pertumbuhan sektor infrastruktur ke depan masih terus meningkat.

Selain itu, masih ada beberapa sektor lain yang memiliki prospek baik, yaitu perdagangan fast moving consumer goods (FMCG) dan sektor telekomunikasi sejalan dengan membaiknya daya beli masyarakat dan terus meningkatnya penetrasi pengguna internet. Namun bank masih harus memprioritaskan prinsip kehati-hatian dan memperkuat fungsi manajemen risiko dengan panduan portofolio kredit yang jelas.♦

Rully Arya Wisnubroto
Senior Financial Market Analyst Bank Mandiri

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×