kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tekanan eksternal makin kuat


Jumat, 31 Agustus 2018 / 16:31 WIB
Tekanan eksternal makin kuat


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Tri Adi

Krisis ekonomi di negara-negara seperti Turki dan Venezuela, terjadi karena masalah struktural, terutama terkait dengan neraca eksternal, seperti neraca pembayaran. Oleh karena itu, Indonesia harus melakukan perbaikan neraca eksternal, seperti memperbaiki defisit transaksi berjalan atau CAD. Dari neraca pembayaran, bisa kelihatan transaksi antara dalam negeri dan luar negeri.

Tekanan semakin kuat dan bisa meledak, ketika ada pelemahan kurs. Apalagi di saat yang sama, neraca eksternal kurang sehat, seperti memiliki utang yang besar. Jadi ketika ada gangguan eksternal, badan yang sedang tidak fit ditambah utangnya tinggi, jadinya tambah sakit.

Kalau bicara krisis Indonesia tahun 1998, kenapa mata uang yang diserang? Jawabannya adalah karena neraca eksternal cukup tinggi waktu itu. Tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di negara lain. Belum lagi kalau ada masalah politik, itu menambah potensi krisis.

Sebenarnya gejala krisis di setiap negara berbeda-beda. Di Amerika Serikat misalnya, permasalahannya adalah risiko sistemik yang diabaikan. Yaitu perbankan menjual produk yang berisiko, dan ketika gagal bayar, terjadi rentetan masalah.

Tidak juga tidak perlu jauh-jauh belajar tentang krisis. Sebab, kita bisa belajar dari krisis Indonesia di tahun 1998. Itu menjadi pengalaman yang komplit. Walau saat ini, saya rasa, kondisi Indonesia masih jauh dari kondisi saat itu.

Saat ini, kalau bicara exposure utang, memang naik, tapi telah terdata dengan lebih baik. Selain itu, saat ini juga ada kewajiban hedging oleh Bank Indonesia. Hak itu membantu mengurangi tekanan kurs, apalagi saat ini perbankan kita sangat sehat.

Tapi kita tetap harus waspada, harus minum vitamin. Untuk tahu vitaminnya, kita harus cari sumber penyakitnya. CAD misalnya, ditelusuri lagi masalahnya. Yang dilakukan pemerintah sebenarnya sudah tepat. Tapi dampaknya mungkin baru akan terasa tahun depan. Maka BI menjadi pagar, bagaimana agar suplai dollar naik sehingga tekanan rupiah berkurang.•

Lana Soelistianingsih
Ekonom Samuel Aset Manajemen

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×