kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tersandera hot money


Senin, 07 Mei 2018 / 13:30 WIB
Tersandera hot money


| Editor: Tri Adi

Pasar keuangan Indonesia kembali memasuki masa turbulensi. Kendati jauh dari tanda-tanda krisis tahun 1998 dan 2008, pusaran angin episentrum turbulensi itu mulai bikin waswas.

Rupiah ambruk, harga saham berguguran, harga obligasi berjatuhan, sementara nilai aset berbasis pasar finansial rontok. Banyak orang kehilangan kekayaan miliaran rupiah hanya dalam sekejap.

Gundah dan gusar. Nyaris yang terlihat muka-muka murung, raut khawatir dan cemas, serta nada pesimisme. Kegembiraan yang membahana awal 2018, tatkala Indeks Saham Gabungan (IHSG) mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, belakangan hanyut entah kemana.

Di antara sekian indikator, kekuatan otot rupiah yang paling disorot. Maklum, rupiah semakin dekat dengan level psikologis baru: 14.000 per dollar AS. Akhir pekan lalu, nilai rupiah di angka 13.935 per dollar AS. Sejak awal tahun, rupiah turun sekitar 2,9% dan merosot nyaris 5% jika dihitung setahun terakhir.

Sejauh ini Bank Indonesia (BI) menyatakan tekadnya menjaga rupiah lewat intervensi pasar. Apalagi posisi cadangan devisa sekitar US$ 126 miliar, nilai yang cukup untuk "menggebuk" spekulan valas.

Persoalannya, sampai kapan intervensi pasar berlangsung? Dalam situasi sekarang, menggerojok dollar ke pasar ibarat menggarami lautan. Selain dollar sedang menguat terhadap semua mata uang dunia, arus keluar dana asing dari bursa saham maupun obligasi (hot money) juga sedang deras-derasnya.

Sudah menjadi siklus tahunan, setiap Mei dana asing keluar selepas mengantongi dividen. Jika dicermati, rupiah selalu melemah selama siklus pembagian dividen.

Ihwal tekanan hot money pada rupiah sejatinya wake up call bahwa struktur ekonomi Indonesia memang masih rapuh. Betapa rentannya ekonomi Indonesia akibat kecanduan hot money. Maklum, karakter hot money itu easy come and easy go. Sekali mereka memutuskan go, kita akan melihat harga saham dan rupiah merosot tajam.

Mudahnya lalu lintas hot money juga merupakan anomali lain dalam ekonomi Indonesia. Betapa tidak, regulasi yang berkaitan dengan industri sektor riil cenderung membatasi ruang gerak investasi asing. Tapi di sisi lain, keran liberalisasi di sektor finansial dibuka amat lebar.

Kita membutuhkan dana asing yang masuk sektor riil. Selain bisa ngendon lebih lama, investasi asing dalam bentuk pembangunan pabrik dan infrastruktur bisa menyerap tenaga kerja.

Liberalisasi yang ekstrem di pasar finansial hanya menguntungkan segelintir pemain, sementara ratusan juta rakyat Indonesia dari Sabang sampai Merauke bisa sengsara dibuatnya. Kredo liberalisasi yang kebablasan di pasar finansial ini agaknya perlu ditinjau-ulang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×