Reporter: Mesti Sinaga | Editor: Tri Adi
Beryukurlah investor ritel yang sudah sejak akhir 2018 rajin berinvestasi di Surat Berharga Negara (SBN) ritel. Pasalnya, ke depan bunga alias kupon instrumen surat utang pemerintah besar kemungkinan tidak akan setinggi sebelumnya, alias cenderung turun.
Awal pekan ini terompet pertanda berakhirnya era bunga tinggi sudah berkumandang. Kemarin, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan suku bunga acuan tetap 6%. Bunga acuan ini tak berubah sejak pertengahan November 2018. Langkah BI ini mengekor keputusan bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) yang 20 Maret 2019 juga menahan bunga acuannya di posisi 2,25%–2,5%.
Langkah The Fed menahan bunga acuan sudah diperkirakan pasar. Namun nada dovish (kecenderungan menunda kenaikan suku bunga atau melakukan kebijakan moneter longgar) The Fed kali ini begitu kuat bahkan terasa berbalik arah.
Sebut saja tentang dot plot (arah suku bunga acuan jangka panjang). Desember lampau, dot plot menunjukkan The Fed memprediksikan median bunga acuan 2,875. Ini membuat pasar yakin, The Fed akan menaikkan suku bunganya 2 kali tahun ini. Namun kini, The Fed memperkirakan median bunga acuan hanya 2,375, tak berbeda jauh dari posisi saat ini. Ini 'kode keras' bahwa The Fed tak akan menaikkan suku bunga acuannya di sepanjang 2019.
Tak cuma menahan bunga acuan, di pasar kini beredar prediksi The Fed dan BI akan menurunkan bunga acuan. Morgan Stanley, misalnya, memprediksi bunga acuan BI akan turun menjadi 5,25% tahun ini.
Musim luruh bunga sudah nyata di pasar SBN. Setelah melepas Sukuk Tabungan (ST) 002 dengan kupon 8,3% pada Desember 2018, sejak awal 2019, kupon SBN ritel baru mulai turun. SBR005 yang terbit Januari dan ST003 yang terbit Februari 20019 hanya memberi kupon 8,15%. Sementara Sukuk Ritel (SR011) yang masa penawarannya berakhir kemaren, kuponnya turun menjadi 8,05%.
Maka, ada kemungkinan kupon SBR006 yang akan ditawarkan mulai 1 April nanti akan lebih rendah lagi, atau paling tidak tetap 8,05% .
Perubahan arah suku bunga membuat investor harus menata ulang strategi portofolio. Bagi investor ritel yang baru 'belajar' berinvestasi melalui SBN ritel, semoga tetap semangat berinvestasi di instrumen ini. Selain karena keuntungannya lebih besar dibanding sekadar menaruh uang di tabungan, apa lagi di laci lemari, berinvestasi di SBN juga membantu keuangan negara, agar kita tak tergantung lagi pada investor asing.♦
Mesti Sinaga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News