kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

UMKM, Pengungkit Pemulihan Ekonomi


Kamis, 13 Agustus 2020 / 10:23 WIB
UMKM, Pengungkit Pemulihan Ekonomi
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Pandemi korona membuat banyak segmen bisnis yang terkena dampaknya. Tak terkecuali para pelaku usaha mikro kecil menengah (UMKM).

Menurut data statistik 2018 tercatat bahwa UMKM di Indonesia, berjumlah 64,19 juta UMKM. Artinya hampir 99% dari total unit usaha yang ada di Indonesia adalah para UMKM. UMKM ini memperkerjakan lebih dari 116 juta tenaga kerja atau sebesar 97% total tenaga kerja di sektor ekonomi.

Bila hal ini digerakan maka sungguh dahsyat perekonomian Indonesia akan tumbuh. Akibat pandemi, UMKM terjadi penurunan omzet, pada sektor usaha menengah sebesar 46%, usaha kecil 40%, usaha mikro 43% dan usaha rumahan (ultra mikro) 49%.

Sebagai tulang punggung perekonomian, UMKM tentu perlu didorong kembali untuk terus tumbuh dan berkembang, yang diharapkan dapat menjadi buffer pertumbuhan ekonomi ditengah konsumsi dan daya beli masyarakat rendah. Kontribusi UMKM cukup besar yaitu 60, 34% total PDB nasional, dan berkontribusi 97% terhadap total tenaga kerja serta 99% total lapangan kerja nasional. Demikian juga mempunyai kontribusi 14,17% dari total ekspor dan 58,18% total investasi.

Ada beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mendorong agar UMKM tetap eksis dan tumbuh. Seperti dukungan dari program Pemulihan Ekonomi nasional (PEN) bagi UMKM. Hal ini menjadi penting karena UMKM ini akan dapat menjadi motor pemulihan ekonomi nasional. Beberapa hal penting yang diharapkan guna pemulihan ekonomi saat ini antara lain penempatan dana untuk restrukturisasi, pemberian subsidi bunga, penjaminan modal kerja, belanja imbal jaminan, diberikanya PPh UMKM ditanggung pemerintah dan lain-lain. Syukurlah, pemerintah akan menggelontorkan dana khusus untuk UMKM sebesar Rp 123,46 triliun.

Langkah selanjutnya yang diharapkan dapat mengungkit pemulihan ekonomi di Indonesia melalui UMKM antara lain: Pertama, tentu saja penanganan pandemi dilakukan secara cepat melalui protokol kesehatan secara ketat untuk segera dapat memulihkan aktivitas ekonomi.

Memang, ada beberapa proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk tahun 2020 masih berkisar -0,4%-1,0% (Yoy). Walaupun di Q2 rilis BPS tercatat pertumbuhan Indonesia minus 5,32%. Ini merupakan angka yang paling rendah selama dekade ini. Walaupun begitu masih baik dibanding beberapa negara lain seperti Malaysia dan Singapura yang turun drastis yaitu minus 8,4% dan minus 12,6%. Malah, Amerika Serikat minus 9,5% dan Uni Eropa tercatat juga minus 14,4%. Anehnya, China justru positif sebesar 3,2%.

Strategi kedua pemulihan ekonomi nasional adalah memberikan penundaan pembayaran cicilan atau hutang guna menjaga likuiditas UMKM, dan mendorong terus eksisnya UMKM melalui peningkatan daya beli masyarakat seperti bantuan sosial. Strategi ketiga adalah terus dijalankannya kebijakan sektor keuangan dan fiskal yang efektif dengan menyasar sektor sektor vital yang terkena dampak pandemi. Langkah ini dapat dilakukan melalui pemberian insentif agar dapat membangkitkan kembali UMKM yang banyak terpuruk akibat pandemi.

Disamping itu, terus dilakukan penguatan UMKM, agar siap menghadapi era teknologi informasi dengan industri 4.0-nya. Termasuk terus dilakukannya pendampingan agar UMKM memanfaatkan tekfin dan e-commerce serta melalui berbagai media sosial serta sistem digital lainnya saat melakukan transaksi perdagangan.

Termasuk juga pemanfaatan BUMN dengan CSR dan mitra untuk mengembangkan dan pendampingan UMKM. Peran pemerintah dan swasta juga perlu dilibatkan untuk bisa menciptakan ekosistem yang didalamnya UMKM berperan aktif.

Memang, berbeda dengan penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi pada beberapa negara Asia maju seperti Korea dan Jepang. Ternyata paket pemulihan untuk menanggulangi dan memitigasi pandemi bukan saja digelontorkan stimulus fiskal dari pemerintah saja, akan tetapi ternyata didukung juga partsipasi dunia usaha dan dari individu-individu terutama orang-orang kaya (individual supporting), sehingga lockdown tidak berlarut larut dan pemulihan ekonomi akan segera berhasil.

Perlu inovasi

Hal inilah yang mungkin juga dapat dijadikan acuan dan lesson learn bagi negara lain temasuk Indonesia sehingga penanganan dan mitigasi pandemi akan cepat teratasi dan terkoordinasi secara efektif. Bukan malah mencari keuntungan sesaat dengan memanfaatkan kondisi pandemi ini.

Yang berbeda dengan negara lainnya adalah peran pemerintah dalam membantu UMKM dalam bentuk stimulus fiskal dan moneter serta berbgai program-program pemulihan akan berjalan sendiri-sendiri. Demikian juga dengan bantuan dari korporasi maupun perseorangan juga berjalan tidak terkoordinasi, padahal ada lembaga yang tupoksinya melakukan koordinasi untuk kesejahteraan masyarakat dan penanggulangan bencana.

Pada banyak negara sangat diperlukan inovasi terutama bagi UMKM yang akan dapat akan mendorong pertumbuhan dan pemulihan ekonomi lebih inklusif, ramah lingkungan dan berkelanjutan. Demikian juga inovasi, dari berbagai segi, akan dapat membantu dapat mengatasi masalah lebih baik dampak ekonomi yang besar, termasuk akibat pandemi.

Inovasi sangat penting untuk new normal ekonomi jangka panjang, kemajuan sosial, dan teknologi. Inovasi dapat berupa peningkatan produk atau proses yang ada, inovasi lainnya dapat berupa penemuan baru yang menggantikan model dan bisnis bagi UMKM yang ada termasuk inovasi radikal untuk menyediakan pengobatan berbagai penyakit termasuk juga Covid-19.

Akhirnya, penguatan juga dilakukan melalui berbagai inovasi, yang mencakup berbagai kegiatan yang dilakukan oleh berbagai pelaku UMKM, perusahaan besar, pemerintah, organisasi non pemerintah, dan individu. Negara akan cepat maju bila banyak melakukan inovasi. Indikatornya dari besar kecilnya anggaran dan investasi R &D tersedia.

Belakangan, negara-negara Asia tercatat menginvestasikan penelitian dan pengembangan (R&D) naik dari 22% pada tahun 1996 menjadi 40% pada 2017 (Indeks Inovasi Global, 2019). Pada tahun 2019, Korea Selatan dan China menempati 10 inovator top dunia, berkinerja sangat baik dalam kategori hak paten, desain industri, merek dagang menurut asal, ekspor bersih berteknologi tinggi, dan ekspor barang kreatif. Sedangkan beberapa negara ASEAN yang berperforma regional kuat antara lain Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam, selain ekonomi Singapura yang lebih maju.

Sedangkan menurut laporan Indeks Inovasi Bloomberg 2020, yang mengukur peringkat 95 negara paling inovatif di dunia berdasarkan pengeluaran R&D, kemampuan manufaktur, dan konsentrasi perusahaan publik berteknologi tinggi, ternyata Indonesia tercatat terjadi peningkatan hingga tiga kali lipat dalam satu dekade. Namun hasilnya? Masih ditunggu.

Penulis : Ragimun

Peneliti Senior Pusat Kebijakan Regional dan Bilateral, BKF Kementerian Keuangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×