Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Tri Adi
Harus diakui, pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla cukup masif membangun jalan tol di Indonesia. Proyek infrastruktur selalu digadang-gadang sebagai program unggulan rezim ini. Jalan bebas hambatan juga menjadi salah satu bahan jualan pasangan calon petahana, Jokowi - Ma'ruf Amin, dalam menyongsong Pemilu Presiden 2019.
Selama empat tahun masa kepemimpinan Presiden Jokowi, KONTAN mencatat jalan tol yang sudah resmi beroperasi mencapai 460,92 kilometer. Jumlah tersebut setara 36% dari total jalan tol yang kini beroperasi sepanjang 1.294,50 km.
Hingga tahun depan, pemerintah menargetkan total panjang jalan tol yang resmi beroperasi di Indonesia bertambah menjadi 1.852 km. Dengan kata lain, Jokowi membidik tambahan jalan tol baru hingga 557,5 km di tahun politik 2019.
Proyek jalan bebas hambatan memang salah satu ikhtiar pemerintah untuk membuka akses transportasi dan mempercepat arus barang. Harapannya, laju perekonomian di dalam negeri terus meningkat.
Proyek jalan tol memang bisa memunculkan multiplier effect. Selain membuka lapangan kerja baru dan menghidupkan jalur logistik, kehadiran jalan tol memantik aneka peluang bisnis. Sebut saja bisnis properti di sekitar pintu masuk-keluar jalan tol, bisnis transportasi, hingga bisnis pariwisata.
Di atas kertas, proyek jalan bebas hambatan tampaknya bisa mendatangkan manfaat yang besar bagi perekonomian nasional. Namun jangan lupa, ada pula efek negatif proyek jalan tol.
Bagi pengelola atau badan usaha jalan tol (BUJT), indikator keberhasilan proyek tol tentu berpulang pada keuntungan finansial. Misalnya, volume lalu lintas begitu ramai dan sesuai harapan. Dengan demikian, perputaran uang lancar dan tingkat pengembalian investasi sesuai ekspektasi.
Sebaliknya, jika arus lalu lintas di jalan tol sepi dan tak sesuai dengan harapan, yang pusing adalah pengelola, bukan pemerintah. Maka itu, BUJT perlu cermat memperhitungkan bisnis jalan tol.
Coba lihat salah satu pengelola jalan tol, PT Waskita Karya Tbk. BUMN ini masih kesulitan menjual tujuh proyek jalan tol mereka ke investor. Dari target menjual 10 jalan tol, Waskita Karya baru berhasil menjual tiga proyek.
Tentu ada banyak faktor kenapa Waskita sulit menjual jalan tol. Satu pemicunya, boleh jadi, investor tak tertarik karena jalan tol yang ditawarkan tak menguntungkan.•
Sandy Baskoro
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News