kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Urgensi telemedicine bagi korban gempa


Rabu, 08 Agustus 2018 / 13:22 WIB
Urgensi telemedicine bagi korban gempa


Reporter: Tri Adi | Editor: Tri Adi

Gempa berkekuatan 7 skala richter SR mengguncang Pulau Lombok dan sekitarnya. Bencana tersebut menyebabkan banyak korban jiwa dan kerusakan berat infrastruktur publik, tempat ibadah, sekolah dan perumahan. Untuk menangani korban bencana gempa bumi sejatinya membutuhkan tindakan cepat lewat penggunaan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia kesehatan. Seperti telemedicine, yakni informasi pelayanan kesehatan dan kedokteran dari suatu lokasi ke lokasi lain.

Telemedicine bisa diartikan sebagai akses cepat memberikan keahlian medis secara jarak jauh. Sehingga tidak tergantung posisi pasien itu berada. Dalam kondisi gawat darurat atau bencana alam, fungsi telemedicine menjadi sangat penting, karena dapat mempercepat tindakan medis. Data medis seperti foto resolusi tinggi, gambar radiografi, rekaman suara, rekam medis pasien, konferensi video kesehatan juga dapat ditransfer ke lokasi lain yang berjauhan. Pelayanan kesehatan interaktif tersebut juga dapat menggunakan media audio visual untuk konsultasi, diagnosis dan pengobatan.

Telemedicine melahirkan sub-aplikasi seperti teleradiologi, teledermatologi, telepatologi, telefarmasi dan sebagainya. Sistem informasi geografis (SIG) bidang kesehatan sangat berguna menampilkan berbagai peta tematik kesehatan terkait korban bencana. SIG sangat membantu otoritas kesehatan mengambil kebijakan yang cepat dan tepat. Dalam hal ini hasil dari surveilans epidemiology atau jenis luka akibat bencana dalam format SIG bisa ditampilkan melalui internet.

Jika SIG kesehatan dan SIG kependudukan berintegrasi menjadi infrastruktur data yang bermutu tinggi bisa menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan. Selain itu e-Health mekanisme prescribing atau sistem resep obat online juga bisa dilakukan. Jadi pasien hanya berurusan dengan institusi pelayanan kesehatan. Sedangkan resep obat akan diatur secara otomatis.

Kini sistem informasi bencana sangat terbantu teknologi big data. Data tersebut juga sangat membantu inisiatif menyediakan open data dan mendukung mitigasi dan penanganan bencana alam.

Open data telah menjadi salah satu alat yang sangat bermanfaat dalam membantu relawan tanggap darurat. Dengan memberikan informasi geospasial terkini dan akurat maka program tanggap darurat dan program rekonstruksi pasca bencana bisa dilakukan dengan baik. Platform data geospasial semacam openstreetmap, yaitu sebuah proyek pemetaan yang bersifat open source, memungkinkan untuk memperkirakan tingkat kerusakan dengan cepat, dan memonitor pelaksanaan penanggulangan bencana.

Salah satu contoh sistem informasi bencana yang sukses adalah mengantisipasi kedatangan Hurricane Sandy. Pemerintah kota New York menerbitkan peta daerah evakuasi yang terbaru di portal open datanya, dan bekerja sama dengan organisasi seperti The New York Times dan Googles Crisis Response Team untuk mengolah dan menggabungkan data dari penampungan, pusat distribusi makanan, dan jalur evakuasi.

Ada faktor mendasar yang menjadi penyebab masih belum sempurna manajemen penanganan bencana alam di negeri ini. Yakni belum tersedianya sistem informasi bencana alam yang ideal. Kesemrawutan dalam penanganan gempa bumi yang pernah terjadi menunjukkan pentingnya sistem informasi dan ketersediaan peta bencana yang berbasis SIG serta terintegrasi dengan sistem e-Government pemerintah daerah.

Tanpa perlu ke rumahsakit

Tak pelak lagi, teknologi informasi dan komunikasi merupakan ujung tombak manajemen informasi bencana. Tapi hingga kini, inisiatif sistem informasi bencana pemerintah daerah sangat terbatas dan masih ketinggalan zaman. Padahal sistem informasi bencana alam harus terpadu dengan sistem e-Goverment yang telah dibangun pemerintah daerah dan memenuhi ketentuan yang telah digariskan oleh International Strategy for Disaster Reduction (ISDR). Dengan empat tahapan yakni tahap tanggap darurat (response phase), tahap rekonstruksi dan rehabilitasi, tahap preventif dan mitigasi, dan tahap kesiapsiagaan (preparedness).

Kepala daerah sebagai penanggung jawab penanganan bencana mestinya juga memiliki sistem pendukung pengambilan keputusan alias decision support system (DSS) bencana alam. Sistem tersebut juga sangat membantu Kementerian Kesehatan. Dalam rangka itu modul aplikasi sistem informasi bencana yakni Emergency Medical Care Information System ( EMCIS) merupakan solusi yang tepat.

Untuk mewujudkan sistem informasi bencana diperlukan sinkronisasi dengan sistem kependudukan dan data pemukiman seperti jumlah rumah, data infrastruktur dan data kawasan yang ada didaerah tersebut. Dari data tersebut bisa dibuat sistem informasi geografis yang memperlihatkan informasi sebelum dan sesudah terjadi bencana dengan melakukan overlay.

Sistem informasi bencana yang dikembangkan harus ditetapkan terlebih dahulu spesifikasi dan ketentuan teknis. Ini akan menentukan keberhasilan pengembangan sistem, sekaligus menjadikan perencanaan dan implementasi sistem dapat berlangsung dengan sistematis dan terarah.

Pengembangan sistem informasi bencana alam yang cukup krusial adalah modul aplikasi Emergency Medical Care Information System. Setelah terjadi bencana, bantuan medis merupakan bantuan yang sangat penting. Mengingat banyak korban yang akhirnya meninggal gara-gara terlambat mendapatkan pertolongan.

Mengambil pengalaman dari kejadian gempa besar di dunia, fakta menunjukkan, sekitar 80% dari korban meninggal dunia pada 7 jam pertama setelah gempa terjadi. Sayang, seringkali kesulitan mendatangkan bantuan medis karena kerusakan infrastruktur ke daerah yang terkena bencana.

Dengan keterbatasan infrastruktur transportasi hal ini tentu saja sulit dilakukan. Disinilah arti penting dari aplikasi Emergency Medical Care Information System. Aplikasi itu mampu melakukan fungsi telemedicine, telediagnostic, teleconsultation. Penerapan telemedicine, telediagnostic dan teleconsultation memungkinkan pelayanan kesehatan korban bencana di tempat kejadian tanpa harus segera dibawa ke rumah sakit. Fungsi utama aplikasi itu adalah memudahkan diagnosa, perawatan, monitoring dan akses terhadap tenaga ahli dan informasi pasien tanpa tergantung keterbatasan jarak atau lingkungan.•

Hemat Dwi Nuryanto
Alumnus UPS Toulouse Prancis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×