kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Vaksin Jadi Tak Berarti


Selasa, 15 Desember 2020 / 11:29 WIB
Vaksin Jadi Tak Berarti
ILUSTRASI.


Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti

KONTAN.CO.ID - Negara-negara di dunia memulai proses vaksinasi Covid-19 untuk menghentikan penyebaran virus korona. Proses vaksinasi Covid-19 dimulai setelah Pfizer/BioNTech dan Moderna mengumumkan efektivitas produk vaksin mereka yang mencapai 95%. Hal ini kemudian disusul dengan persetujuan penggunaan vaksin Covid-19 oleh otoritas kesehatan berbagai negara.

Beberapa negara pilih menggratiskan vaksin Covid-19 untuk seluruh warganya. Terbaru, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau memastikan tidak memungut biaya vaksin Covid-19 ke warga.

Sebelumnya, negara yang mengumumkan pemberian vaksinasi Covid-19 gratis adalah Inggris, Amerika Serikat, Prancis, Jepang, Arab Saudi, Belgia, Portugal, India, Australia, Hong Kong, hingga Belgia.

Indonesia, pilih tidak menggratiskan vaksin kepada semua warga. Pemerintah menargetkan 107 juta penduduk sebagai kelompok prioritas penerima suntikan vaksin. Dari jumlah ini, 32 juta orang akan mendapatkan vaksin gratis, sedangkan 75 juta orang lainnya harus membayar secara mandiri. Dengan kata lain, perbandingannya adalah 30:70.

Skema yang ditetapkan pemerintah ini menuai kritik dari berbagai pihak. Mengutip Kompas.com, epidemiolog dari Griffith University Dicky Budiman bilang, dalam kondisi pandemi, vaksin Covid-19 seharusnya digratiskan dulu untuk seluruh masyarakat. Alasannya, pandemi Covid-19 masih berstatus bencana non-alam nasional.

Tak hanya itu, muncul pula petisi mendesak pemerintah memberikan vaksin Covid-19 gratis kepada masyarakat. Petisi ini digagas oleh Sulfikar Amin, Associate Proffessor dan Pakar Sosiologi Bencana dari Nanyang Technological University.

Ada baiknya, Indonesia meninjau ulang rencana skema vaksinasi Covid-19. Kemungkinan besar, banyak warga yang enggan atau memilih menunda melakukan vaksin karena harus membayar. Apalagi, jumlah vaksin gratis dibandingkan dengan yang berbayar lebih minim.

Ini memunculkan risiko virus korona tetap menyebar di masyarakat. Jika kondisi ini yang terjadi, tujuan pemerintah untuk menghilangkan Covid-19 di Indonesia bakal gagal total dan program vaksinasi menjadi tak berarti. Ujung-ujungnya, ekonomi kita juga yang terimbas.

Di luar pro-kontra vaksin Covid-19 gratis, ada masalah penting yang harus jadi perhatian yakni vaksin Sinovac belum diketahui efektivitasnya. Selain itu, belum ada izin edar darurat (EUA) Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Penulis : Baratut Taqiyyah Rafi'e

Redaktur Pelaksana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×