Sumber: Harian KONTAN | Editor: Ignatia Maria Sri Sayekti
KONTAN.CO.ID - Kabar gembira menerpa seluruh dunia. Pada Selasa (21/7) Organisasi Kesehatan Dunia WHO merilis ada empat calon vaksin virus korona (Covid-19) yang masuk fase ketiga tahapan uji coba klinis dari sebanyak 24 kandidat vaksin. Uji klinik vaksin Fase 3 ini menjadi tahap akhir dari rangkaian uji coba klinis sebelum vaksin virus korona mendapatkan lisensi untuk bisa diproduksi secara massal.
Sementara itu ada 28 calon vaksin virus korona lainnya dari sebanyak 24 developer, masih ada di fase I dan Fase II uji klinis. Sedangkan 142 yang lainnya masih tahap pra klinis sebelum masuk fase I uji klinis.
Nama Indonesia, atau lembaga penelitian asal Indonesia maupun perguruan tinggi dari Indonesia sebagai lembaga yang mengajukan diri menjadi developer kandidat vaksin virus korona Covid-19 memang tak tercantum di daftar WHO.
Meskipun selama ini banyak pihak di dalam negeri mengklaim sedang meneliti vaksin virus korona, tapi hingga kini belum ada laporan sudah sampai mana tahapan penelitian tersebut apakah sudah masuk tahapan pra klinis dan mengapa belum didaftarkan kepada WHO?
Memang tidak mudah dan tidak murah untuk mencipta vaksin seperti ini. Sebab prosesnya panjang karena menyangkut keselamatan manusia penggunanya. Tak cukup sekadar membuat ramuan lalu dikalungkan di leher seperti jimat untuk mengusir virus korona.
Karena itulah Indonesia memilih cara yang instan dalam urusan vaksin virus korona. Selasa (21/7), Presiden Joko Widodo merestui Indonesia memutuskan untuk ikut uji klinis terhadap vaksin yang dihasilkan oleh Sinovac dari China.
Presiden memerintahkan agar Kementerian Kesehatan memberikan bantuan untuk menjalankan uji klinis terhadap 1.620 orang. Hasil uji klinis fase 3 di Indonesia ini akan di laporkan kepada developer vaksin yakni Sinovac untuk dibandingkan dengan hasil pengujian di beberapa negara lainnnya.
Keuntungan dari keikutsertaan uji klinis fase 3 dari vaksin milik Sinovac ini Indonesia akan diizinkan untuk memproduksi massal vaksin tersebut. Karenanya, perusahaan pelat merah Bio Farma kini tengah mempersiapkan fasilitas produksi agar nanti saat uji klinik fase 3 dinyatakan lolos, maka bisa langsung kejar tayang produksi massal.
Targetnya Januari 2021 uji klinis fase 3 ada hasil dan bisa mulai memproduksi massal. Semoga urusan royalty yang harus dibayar untuk vaksin ini tak memberatkan, sehingga harga vaksin terjangkau.
Penulis : Syamsul Ashar
Redaktur Pelaksana
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News