Reporter: Sinar Putri S.Utami | Editor: Tri Adi
Semester II-2018 ini, saya memperkirakan gairah investasi akan mengalami penurunan dibandingkan dengan sebelumnya. Hal ini karena beberapa faktor.
Pertama, karena akumulasi permintaan yang diterjemahkan lewat konsumsi masyarakat belum kembali menguat. Kedua, tingkat suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) yang naik, telah menyebabkan masyarakat berhitung ulang.
Ketiga, pencarian dana di pasar modal saat ini juga lebih mahal. Keempat, situasi rupiah yang anjlok cukup tajam menyebabkan investor berhitung ulang.
Semua faktor tersebut kini menggelayuti pandangan para investor untuk mengambil keputusan di semester kedua tahun ini.
Kemudian, kalau dilihat dari sudut pandang aktivitas ekonomi, saya kira kalaupun aktivitas investasi turun, maka dampak ke pertumbuhan ekonomi akan langsung terasa. Hal ini berbeda dengan kalkulasi di atas kertas, dampak negatif kenaikan suku bunga BI di sektor riil itu lebih cepat dari yang diperkirakan.
Pasalnya, BI menaikkan suku bunga dengan sangat tajam di saat tingkat permintaan pasar sangat rendah. Kemudian juga, dorongan dari APBN juga menurun karena APBN terganggu, apalagi kalau proyek infrastruktur ada yang ditunda atau dijadwal ulang.
Hal tersebut jelas efeknya terhadap sektor riil akan langsung terasa. Saya memproyeksikan pertumbuhan ekonomi di semester II ini hanya 5.0%, lebih rendah dari target pemerintah sekitar 5,3%.
Selain itu, kebijakan pemerintah yang ingin memperluas penerapan kebijakan pencampuran 20% biodiesel pada bahan bakar minyak (B20) untuk semua sektor industri juga saya nilai belum akan berdampak pada semester II ini. Hal ini karena butuh waktu sekitar tiga atau enam bulan untuk merasakan efeknya.
Dari kacamata ekonomi global, saya rasa perang dagang juga memiliki efek yang besar pada ekonomi Indonesia semester kedua ini, karena situasinya makin serius dan menyebabkan penurunan ekonomi global mencapai 0,7%-2%.•
Adrian Panggabean
Ekonom CIMB Niaga
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News